Perancis kini akan memvaksinasi warga berusia 65 tahun ke atas dengan vaksin COVID-19 yang dikembangkan bersama oleh Oxford University dan perusahaan farmasi Inggris-Swedia AstraZeneca.
Keputusan itu diumumkan Selasa oleh Menteri Kesehatan Olivier Veran dalam wawancara yang ditayangkan di televisi. Veran mengatakan siapapun yang berusia di atas 50 tahun yang sudah memiliki penyakit penyerta dapat menerima vaksin Oxford-AstraZeneca, “termasuk mereka yang berusia antara 65 dan 74 tahun.”
Perancis termasuk di antara banyak negara Eropa yang menolak menyetujui vaksin Oxford-AstraZeneca untuk warga lanjut usia. Para pengembang vaksin itu tidak memasukkan banyak orang dalam kelompok usia tersebut untuk uji klinis berskala besar mereka, menyebabkan kurangnya data mengenai potensi keampuhannya. Presiden Perancis Emmanuel Macron bahkan bertindak lebih jauh dengan menyebut vaksin itu kuasi atau seperti tidak efektif.
Tetapi para pejabat kesehatan menyatakan data lebih lanjut dari uji klinis telah menunjukkan keampuhannya di kalangan warga lansia. Perubahan kebijakan itu jelas akan mendongkrak program kampanye vaksinasi Perancis yang lamban, yang terhambat oleh kekurangan vaksin dari Pfizer-BioNTech dan Moderna.
Perubahan itu bersamaan dengan kajian di dunia nyata yang dilakukan di Inggris, yang mendapati vaksin COVID-19 yang dikembangkan Pfizer-BioNTech dan Oxford University-AstraZeneca sangat efektif dalam melindungi warga lansia dari penyakit itu setelah menerima satu suntikan saja.
Para peneliti di Layanan Kesehatan Masyarakat Inggris menyatakan vaksin dua dosis dari masing-masing pengembang itu memiliki efektivitas 80 persen dalam mencegah mereka yang berusia 80-an dirawat di rumah sakit sekitar tiga hingga empat pekan setelah suntikan dosis pertama.
Kajian ini juga mendapati bahwa dosis pertama vaksin Pfizer-BioNTech memiliki efektivitas antara 57 persen dan 61 persen mencegah infeksi COVID-19 di kalangan warga berusia 70 tahun ke atas, sementara vaksin Oxford-AstraZeneca efektif 60 persen dan 73 persen.
Kajian yang diposting hari Senin, belum menjalani proses penelaahan sejawat. Inggris adalah negara Eropa pertama yang menyetujui vaksin Oxford-AstraZeneca bagi semua warga tanpa memedulikan usia.
Di AS, Dr. Anthony Fauci, kepala Institut Nasional untuk Alergi dan Penyakit Menular, mengatakan kepada The Washington Post hari Selasa bahwa AS akan tetap menggunakan vaksin dua dosis produksi Pfizer-BioNTech dan Moderna.
Semakin banyak pakar kesehatan masyarakat yang mendesak para pejabat kesehatan untuk menggunakan jutaan dosis yang dimaksudkan untuk suntikan kedua itu sebagai suntikan pertama, karena jutaan warga dewasa Amerika belum diimunisasi karena kekurangan vaksin yang akut.
Tetapi Dr. Fauci memperingatkan bahwa perubahan strategi dosis tunggal dapat membuat masyarakat kurang terlindungi dan memungkinkan semakin banyak varian menyebar.
Pakar penyakit menular AS itu memberitahu the Post bahwa “kesenjangan antara penawaran dan permintaan akan semakin berkurang dan kemudian teratasi” segera begitu Pfizer dan Moderna memenuhi komitmen mereka untuk menyediakan 220 juta dosis pada akhir Maret, bersama-sama dengan yang dijanjikan Johnson & Johnson untuk mengirim 20 juta dosis vaksin dosis tunggalnya bulan ini. [uh/ab]