Tautan-tautan Akses

Perang Afghanistan Tewaskan atau Membuat Cacat 26 Ribu Anak-anak


Anak-anak bersekolah di luar ruangan, di distrik Qarghayi, Provinsi Laghman, Afghanistan, 20 Januari 2020. (Foto: NOORULLAH SHIRZADA / AFP)
Anak-anak bersekolah di luar ruangan, di distrik Qarghayi, Provinsi Laghman, Afghanistan, 20 Januari 2020. (Foto: NOORULLAH SHIRZADA / AFP)

Sebuah organisasi amal internasional menyatakan rata-rata lima anak-anak tewas atau cedera setiap hari di Afghanistan yang diamuk perang selama 14 tahun terakhir.

Save the Children menyatakan dalam laporannya hari Senin (23/11) bahwa negara di Asia Selatan itu termasuk di antara 11 negara paling berbahaya di dunia bagi anak-anak.

“Antara 2005 dan 2019, sedikitnya 26.0125 anak-anak tewas atau cacat di Afghanistan,” sebut laporan yang dirilis menjelang sebuah konferensi donor di Jenewa, yang akan membahas dana kemanusiaan bagi negara yang dilanda kekacauan itu. Pembicaraan dibuka pada hari Senin.

Laporan itu mendapati lebih dari 300 sekolah diserang antara 2017 dan 2019, mencederai atau menewaskan sedikitnya 410 siswa dan anak-anak Afghanistan.

Seorang warga yang terluka akibat serangan bom bunuh diri di Kabul, Afghanistan, Sabtu, 20 Oktober 2018, dirawat di rumah sakit. (Foto: dok).
Seorang warga yang terluka akibat serangan bom bunuh diri di Kabul, Afghanistan, Sabtu, 20 Oktober 2018, dirawat di rumah sakit. (Foto: dok).


LSM itu mendesak negara-negara donor untuk meningkatkan dana bagi pendidikan, khususnya untuk anak-anak perempuan, serta untuk melindungi kepentingan orang-orang dengan disabilitas dan kelompok-kelompok rentan lainnya.

“Bayangkan hidup dalam ketakutan terus menerus bahwa hari ini mungkin hari ketika anak Anda tewas dalam serangan bunuh diri atau serangan udara,” kata Chris Nyamandi, direktur Save the Children untuk wilayah Afghanistan.

“Ini adalah kenyataan suram bagi puluhan ribu orang tua di Afghanistan yang anak-anaknya telah tewas atau cedera,” ujar Nyamandi.

PBB memperkirakan 3,7 juta anak-anak, hampir separuhnya adalah anak-anak usia SD, tidak bersekolah di Afghanistan. Sekitar 60 persen anak-anak usia sekolah Afghanistan yang tidak mendapatkan pendidikan adalah anak-anak perempuan.

Nyamandi mengatakan pandemi virus corona telah memperburuk situasi kemanusiaan Afghanistan, khususnya bagi anak-anak.

“Konferensi pekan ini merupakan momen penting bagi negara-negara donor untuk mengukuhkan kembali dukungan mereka bagi Afghanistan dan jutaan anak-anak di sana, pada waktu bantuan itu sangat diperlukan sekarang ini,” tegasnya.

Kekerasan melonjak di Afghanistan dalam beberapa bulan belakangan, membunuh dan mencederai puluhan orang yang bertempur serta warga sipil setiap hari.

Pertempuran terjadi sementara AS menarik pasukan dari negara itu di bawah perjanjian dengan pemberontak Taliban, di tengah-tengah upaya mengakhiri perang Afghanistan selama 19 tahun ini. [uh/ab]

Recommended

XS
SM
MD
LG