Perang Saudara Amerika telah berakhir lebih dari 150 tahun yang lalu, dan menewaskan 620.000 orang di kedua pihak. Tapi luka-luka mendalam yang diakibatkan perang karena masalah perbudakan itu tampaknya masih membekas sampai sekarang.
Permulaan bulan ini, demonstrasi yang dilancarkan oleh kelompok supremasi kulit putih mengakibatkan pembongkaran patung-patung dan monumen yang memperingati tokoh-tokoh Perang Saudara yang kalah dalam perang yang terjadi tahun 1861 sampai 1865 itu
Demonstrasi yang terjadi di kota Charlottesville, Virginia itu menewaskan tiga orang dan melukai 19 lainnya dan mengakibatkan protes luas yang ditujukan kepada Presiden Donald Trump karena memberikan komentar yang dianggap tidak patut dalam menanggapi peristiwa itu.
James Grossman, direktur eksekutif American Historical Association atau Perkumpulan Pakar Sejarah Amerika mengatakan, patung-patung dan monumen yang memnghormati tokoh-tokoh pemberontak yang kalah itu baru didirikan antara tahun 1900 dan 1920.
“Tapi jumlah yang lebih banyak baru dibangun pada tahun 1950 dan 1960-an. Pada masa itu juga banyak nama sekolah, nama jalan dan taman yang diganti dengan nama-nama tokoh 11 negara bagian Amerika yang menyatakan diri lepas dari negara kesatuan Amerika itu.”
Tahap pertama antara tahun 1900 dan 1920 itu, pendirian patung-patung dan monumen itu ditujukan untuk menegaskan kembali hak-hak warga kulit putih yang dianggap lebih tinggi daripada hak warga kulit hitam.
“Patung-patung dan monumen itu seolah mengatakan “ini adalah kawasan milik warga kulit putih, dan ras kulit putih adalah ras yang lebih baik dari ras kulit hitam.”
Kata James Grossman dalam wawancara dengan stasiun radio dan televisi c-span, tahap berikutnya, antara tahun 1950 sampai tahun 1960 patung-patung dan monumen yang didirikan adalah perlawanan atas pelaksanaan persamaan hak-hak sipil bagi seluruh warga Amerika.
“Pada tahun 1950-an, banyak sekolah yang diganti namanya dengan nama-nama tokoh pemberontak itu, justru setelah pemerintah menghapuskan pemisahan sekolah bagi warga kulit putih dan hitam. Jadi semua itu adalah tindakan politik, seolah mengatakan bahwa perjuangan masih belum selesai.”
Apakah ada perdebatan antara pemerintah pusat dan pemerintah negara bagian tentang pendirian patung-patung dan peringatan tokoh pemerintahan Konfederasi itu?
“Tidak ada perdebatan sama sekali. Pada mulanya banyak pembangunan patung tersebut diongkosi oleh kelompok keturunan para pemberontak yang disebut “The United Daughters of the Confederacy”. Idenya adalah untuk menunjukkan bahwa kelompok kulit putih bersatu, khususnya bagian selatan Amerika adalah milik warga kulit putih.”
Bahkan di gedung Kongres Amerika terdapat sebuah ruangan dimana dipamerkan 11 patung pemimpin dan tokoh pemberontak dalam Perang Saudara itu.
Sepuluh pangkalan militer Amerika yang tersebar di seluruh negara sampai sekarang masih menggunakan nama jenderal-jenderal pemberontak itu, seperti Camp Beauregard, Fort Benning, Fort Bragg dan Fort Hood. Pentagon mengatakan tidak akan mengganti nama-nama itu. [ii]