Setiap pagi dalam perjalanannya ke tempat kerja, perawat Sammie Aplin membersihkan pantai dari sampah plastik.
Brighton adalah tujuan wisata populer di pantai Inggris selatan. Ada turis berarti ada sampah. Sampah laut lainnya sampai ke pantai tersebut setelah dibuang ke sungai dan terbawa arus dari laut yang jauh.
Bagi Aplin, memunguti sampah adalah terapi dan bentuk relaksasi sebelum jam kerja yang panjang dan sering membuat stres di rumah sakit. Tetapi semasa lockdown, dia mulai membuat kolase seni pelangi dengan memanfaatkan beberapa sampah warna-warni.
Awalnya dia hanya membagikan kreasinya kepada keluarga dan teman-teman, tetapi berita dengan cepat menyebar dan sekarang ia mempunyai daftar pelanggan yang menunggu karyanya dan orang-orang datang dari London untuk membeli karya terbarunya.
"Saya senang menemukan apa pun yang berwarna-warni. Sedih karena pada satu sisi saya sangat gembira karena menurut saya itu akan tampak cerah dalam seni, tetapi pada sisi lain, saya berpikir mengapa sampah ini ada di sini? Seharusnya tidak ada di sini. Saya hanya satu orang tetapi jumlah yang saya temukan dalam setahun ini sangat banyak," kata Sammie Aplin.
Aplin selalu mencari sampah warna-warni di Pantai Brighton yang berkerikil. Dia sangat senang menemukan mainan anak-anak. Sampah yang tidak bisa dia gunakan, akan dia coba daur ulang.
"Melihat sampah sebagai sumber daya, menurut saya, sangat penting dari pada barang-barang ini hanya akan berakhir di tempat pembuangan sampah akhir atau dibakar. Mudah-mudahan ini akan menghiasi dinding seseorang selama beberapa tahun dan ada di sana untuk dinikmati," ujarnya.
Perlu waktu ratusan tahun bagi plastik untuk terurai. Plastik akan tetap berada di lautan selama puluhan tahun sebelum akhirnya terdampar. Sampah plastik di lautan kita tidak hanya tidak sedap dipandang ketika terdampar di pantai kita, tetapi juga berbahaya bagi biota laut.
Masalah plastik laut bukanlah masalah lokal, melainkan masalah kita semua, masalah global. [ka/ab]