Penelitian itu melibatkan perempuan yang memiliki lemak tubuh yang sangat rendah dan kondisi yang disebut amenore hipotalamus. Ini adalah bagian dari mekanisme pertahanan diri yang dimiliki beberapa spesies: ketika asupan makanan rendah, energi yang terbatas difokuskan pada kelangsungan hidup bukan reproduksi.
Sharon Chou adalah peneliti pada Beth Israel Deaconess Medical center di Boston. Dalam sebuah penelitian baru, ia dan rekan-rekan kerjanya menguji apakah bentuk sintetis dari hormon leptin bisa memulihkan menstruasi sehingga kembali normal. Ia mengatakan, “Perempuan-perempuan ini berhenti menstruasi karena mereka berolahraga lebih banyak dari biasanya, atau mengalami stress, atau sedikit kekurangan asupan makanan.”
Leptin ditemukan pada tahun 1994 yang terkait dengan cadangan lemak tubuh, sehingga hormon ini diteliti kemungkinannya sebagai obat untuk mengekang selera makan orang yang gemuk. Hal itu tidak berhasil, tetapi penelitian lanjutan mendapati bahwa leptin memainkan peran penting dalam mengatur bagaimana tubuh bereaksi terhadap asupan makanan yang lebih sedikit.
Para peneliti mendapati perempuan dengan hipotalamus amenore memiliki kadar leptin yang rendah dan penelitian tahun 2004 mengindikasikan perawatan dengan leptin sintetis (metreleptin) bisa memulihkan menstruasi. Penelitian yang terakhir ini menegaskan penemuan sebelumnya dengan hasil yang lebih luas dan lebih ilmiah.
Namun, Chou mengatakan penelitian itu masih berjalan, sehingga dokter belum akan melakukan perawatan dengan leptin dalam waktu dekat. “Tetapi gagasannya adalah para perempuan ini bisa memulihkan siklus menstuasi mereka. Dan kemudian, kita juga akan mengamati apakah mereka bisa memulihkan kerusakan tulang mereka.” Ujar Chou.
Hasil penelitian yang menjelaskan efektivitas perawatan leptin itu ditulis oleh Sharon Chou, Christos Mantzoros dan rekan-rekannya itu di terbitkan lewat internet dalam “Proceedings of the National Academy of Sciences.”