Di gereja Santa Theresia di Jakarta, pengurus melangsungkan misa untuk berbagai kelompok mulai dari untuk anak-anak, lanjut usia hingga orang asing. Seorang jemaat gereja itu yang berasal dari Afrika Selatan, Felix, mengatakan meski Natal di Indonesia tidak semegah di negara-negara lain, suasana khidmat dan kebersamaan tetap terasa.
“Natal di Indonesia berbeda dengan di negara-negara lain karena sebagian besar penduduknya adalah umat Muslim. Mereka juga punya harapan sama…”ungkap Felix.
Pengurus gereja Santa Theresia, Paula Hartanus, mengatakan kepada VOA bahwa mereka kedatangan sekitar 4.000 jemaat untuk satu misa Senin sore.
Di Thailand, tradisi tahunannya adalah parade gajah-gajah yang mengenakan kostum Santa Klaus dan pembagian hadiah kepada murid-murid sekolah. Tidak hanya anak-anak yang bersemangat, tapi juga guru mereka.
“Ini adalah hari terbaik dalam setahun ketika gajah-gajah itu datang,” kata Michael St. Clair, seorang guru dari Amerika yang mengajar di Thailand.
Di belahan dunia lain, tepatnya di Meksiko, sejumlah orang memakai kostum Santa berenang bersama ikan-ikan dalam akuarium dan membawa keceriaan bagi anak-anak di sebuah kebun binatang di kota Guadalajara.
Di tempat lainnya di Meksiko, untuk tahun ke-115 penduduk disini merayakan Night of the Radish – dimana patung-patung hiasan Natal diukir dari sayur lobak.
“Sangat mengagumkan bagaimana para pengrajin mengubah benda-benda ini menjadi bentuk-bentuk yang ajaib, membuat kita bermimpi dan membuka pikiran kita dan membawanya ke dunia lain,” kata Enedina Corona,seorang wisatawan.
Moskow terasa dingin membeku, tetapi tidak terlalu dingin bagi tokoh Kakek Salju yang tiba dengan menggunakan bus dan bahkan menunjukkan sulapan-sulapan.
Di Jerman, para keluarga menghangatkan diri sebelum menuju hutan untuk menebang pohon Natal mereka sendiri dan menyeretnya kembali ke rumah.
Kemana pun kita pergi, banyak orang yang berbelanja. Orang Amerika memadati toko-toko dengan harapan membeli hadiah dan menemukan diskon pada menit-menit terakhir.
Di Lagos, Nigeria, banyak dekorasi terpasang. Tetapi banyak orang yang berbelanja pada saat-saat terakhir khawatir perayaan Natal akan lesu akibat putusnya sambungan listrik yang sering terjadi.
“Di Nigeria, jika kita tidak tinggal di lingkungan bagus yang memiliki pasokan listrik atau dinamo sendiri atau jika kita tidak punya uang untuk menjalankan dinamo sendiri, kita tidak akan dapat menikmati hal-hal sepele yang umumnya membuat Natal menyenangkan, kata seorang warga di Lagos.
Juga terdapat berbagai perayaan yang lebih tradisional – seperti di Betlehem dimana sejumlah band tampil di Alun-alun Palungan dan kerumunan orang memadati tempat itu untuk merayakan misa tengah malam.
Bahkan di Suriah yang hancur akibat perang, ada tanda-tanda perayaan Natal. Namun Nimir, seorang ibu rumah tangga yang beragama Kristen, mengatakan masa liburan tahun ini lebih mengenai harapan dibanding sukacita.
Seperti diungkapkannya, “Satu-satunya harapan kami adalah Tuhan akan selalu beserta kami dan membantu kami berbuat sesuatu untuk memulihkan luka yang dialami keluarga yang terlantar dan bersedih, dan membuat mereka bahagia meski dengan hal-hal simbolis.”
Sebuah paduan suara di Suriah punya banyak alasan untuk bernyanyi, sama seperti banyak orang lainnya di negara itu dan di seluruh dunia, dan untuk berdoa demi tahun baru yang lebih aman dan bahagia.
“Natal di Indonesia berbeda dengan di negara-negara lain karena sebagian besar penduduknya adalah umat Muslim. Mereka juga punya harapan sama…”ungkap Felix.
Pengurus gereja Santa Theresia, Paula Hartanus, mengatakan kepada VOA bahwa mereka kedatangan sekitar 4.000 jemaat untuk satu misa Senin sore.
Di Thailand, tradisi tahunannya adalah parade gajah-gajah yang mengenakan kostum Santa Klaus dan pembagian hadiah kepada murid-murid sekolah. Tidak hanya anak-anak yang bersemangat, tapi juga guru mereka.
“Ini adalah hari terbaik dalam setahun ketika gajah-gajah itu datang,” kata Michael St. Clair, seorang guru dari Amerika yang mengajar di Thailand.
Di belahan dunia lain, tepatnya di Meksiko, sejumlah orang memakai kostum Santa berenang bersama ikan-ikan dalam akuarium dan membawa keceriaan bagi anak-anak di sebuah kebun binatang di kota Guadalajara.
Di tempat lainnya di Meksiko, untuk tahun ke-115 penduduk disini merayakan Night of the Radish – dimana patung-patung hiasan Natal diukir dari sayur lobak.
“Sangat mengagumkan bagaimana para pengrajin mengubah benda-benda ini menjadi bentuk-bentuk yang ajaib, membuat kita bermimpi dan membuka pikiran kita dan membawanya ke dunia lain,” kata Enedina Corona,seorang wisatawan.
Moskow terasa dingin membeku, tetapi tidak terlalu dingin bagi tokoh Kakek Salju yang tiba dengan menggunakan bus dan bahkan menunjukkan sulapan-sulapan.
Di Jerman, para keluarga menghangatkan diri sebelum menuju hutan untuk menebang pohon Natal mereka sendiri dan menyeretnya kembali ke rumah.
Kemana pun kita pergi, banyak orang yang berbelanja. Orang Amerika memadati toko-toko dengan harapan membeli hadiah dan menemukan diskon pada menit-menit terakhir.
Di Lagos, Nigeria, banyak dekorasi terpasang. Tetapi banyak orang yang berbelanja pada saat-saat terakhir khawatir perayaan Natal akan lesu akibat putusnya sambungan listrik yang sering terjadi.
“Di Nigeria, jika kita tidak tinggal di lingkungan bagus yang memiliki pasokan listrik atau dinamo sendiri atau jika kita tidak punya uang untuk menjalankan dinamo sendiri, kita tidak akan dapat menikmati hal-hal sepele yang umumnya membuat Natal menyenangkan, kata seorang warga di Lagos.
Juga terdapat berbagai perayaan yang lebih tradisional – seperti di Betlehem dimana sejumlah band tampil di Alun-alun Palungan dan kerumunan orang memadati tempat itu untuk merayakan misa tengah malam.
Bahkan di Suriah yang hancur akibat perang, ada tanda-tanda perayaan Natal. Namun Nimir, seorang ibu rumah tangga yang beragama Kristen, mengatakan masa liburan tahun ini lebih mengenai harapan dibanding sukacita.
Seperti diungkapkannya, “Satu-satunya harapan kami adalah Tuhan akan selalu beserta kami dan membantu kami berbuat sesuatu untuk memulihkan luka yang dialami keluarga yang terlantar dan bersedih, dan membuat mereka bahagia meski dengan hal-hal simbolis.”
Sebuah paduan suara di Suriah punya banyak alasan untuk bernyanyi, sama seperti banyak orang lainnya di negara itu dan di seluruh dunia, dan untuk berdoa demi tahun baru yang lebih aman dan bahagia.