Suara lonceng di Gereja Kelahiran memanggil umat datang ke kota kecil Bethlehem. Peziarah datang dari seluruh penjuru dunia untuk berdoa di gua kuno yang disebut sebagai tempat lahir Yesus.
“Ini sangat spiritual dan menakjubkan bagi saya – memberi, berbagi, terasa sangat indah. Saya bisa merasakan semangat Natal. Saya merasa sangat diberkati dan sangat senang berada disini,” kata Stephana Zecevic pendatang dari Beograd, Serbia.
Jumlah pengunjung untuk Natal tahun ini cukup rendah, menyusul perang selama 50 hari antara Israel dan militan Hamas di Jalur Gaza. Gencatan senjata secara umum masih bertahan sejak perang itu berakhir empat bulan lalu, tetapi sektor pariwisata di Tanah Suci itu belum pulih.
Lauren Jackson, dari negara bagian Arkansas di Amerika, tidak merasa cemas dan senang ia datang ke Bethlehem. “Saya selalu merasa aman. Orang-orang Arab sangat ramah kepada wisatawan, demikian juga orang Yahudi,” kata Lauren.
Warga Palestina di Bethlehem kecewa melihat sedikitnya jumlah wisatawan karena merugikan ekonomi kota itu yang memang rapuh. Walikota Bethlehem Vera Baboun mengatakan akar masalah disana adalah pendudukan Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
“Pesan utamanya adalah: yang saya inginkan untuk Natal tahun ini hanyalah keadilan, dan jika ada keadilan akan ada perdamaian,” kata Vera Baboun.
Dalam pesan Natalnya, Uskup Agung Yerusalem Fouad Twal menghimbau orang Yahudi, Muslim dan Kristen agar hidup damai di Tanah Suci.