Masyarakat Kristiani Diaspora Indonesia kembali merayakan Natal bersama. Panitia mengundang sekitar 200 orang untuk hadir langsung pada acara yang diadakan di Wisma Indonesia, Washington, D.C., belum lama ini. Dengan mengambil tema yang telah ditetapkan oleh Persatuan Gereja Indonesia (PGI) yaitu “..maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain,” yang diangkat dari Surat Matius pasal 2 ayat 12. Acara itu juga terbuka bagi umat Kristiani lainnya yang hendak bergabung secara daring melalui platform YouTube KBRI Washington, D.C.
Pendeta Herry Stube, Ketua Panitia “Natal Bersama Masyarakat Kristiani Indonesia 2022" mengatakan kepada VOA bahwa perayaan tahun ini membawa kegembiraan dan memiliki arti khusus baginya. Selain membawa misi kebersamaan, acara ini juga memberi harapan bagi Umat Kristiani setempat.
“Misi yang utama acara ini adalah tentu saja sudah dua tahun lebih tidak mengadakan natal bersama atau kebersamaan, kita memikirkan bagaimana supaya (perayaan) Natal ini tetap akan dijalankan. Ya mungkin walaupun tidak banyak seperti dulu-dulunya, sedapat mungkin orang-orang Kristiani bisa berkumpul bersama-sama pada waktu Natal atau Easter (Paskah) juga, walaupun secara kecil atau mungkin besar juga, tetapi ini harus dijalankan walaupun dalam keadaan apapun, kebersamaan yang seperti ini," paparnya.
Tetty Schoe Taroli selaku sekretaris mengatakan bahwa pihak panitia pelaksana mendapat dukungan penuh dari KBRI yang selalu memberi fasilitas untuk mengadakan acara perayaan ini dari tahun ke tahun. Untuk perayaan tahun ini yang diadakan secara langsung setelah dua tahun dilakukan secara daring semasa pandemi, Tetty mengatakan, pihaknya menerima pengarahan khusus.
“Karena masih masa pandemi, arahan tersebut adalah kita selenggarakan secara sederhana, dengan membatasi orang yang datang dan menyiarkan secara langsung lewat YouTube dari KBRI, dan karena memang sederhana, tahun ini kita lebih fokus kepada ibadahnya," katanya.
Tetty menambahkan bahwa dengan berfokus pada ibadah dan tanpa perayaan yang mewah, panitia berusaha menerapkan kesederhanaan tersebut.
“Untuk tahun ini, karena situasi masih prihatin, makna kesederhanaan itu yang kita coba terapkan. Jadi yang penting ada damai, ada sukacita, dan semua di sini lebih ke volunteer ya, karena kaitannya dengan sederhana, lebih juga karena dana gitu ya. Jadi, dekorasi yang ada di rumah kita bawa, dan ide-ide yang lain juga. Tapi memang kalau untuk makanan kita kemas lebih sederhana juga.”
Prinsip sederhana pun diterapkan oleh Ari Suryanto yang pada perayaan tersebut berlaku sebagai penanggung jawab dekorasi.
“Sebenarnya sih idenya dari Bapak Ketua, kita ingin mengadakan acara secara sederhana. Kebetulan KBRI mendukung kita dengan Wisma Indonesia, dan kondisi gedung ini sangat baik, bagus dan sangat represent Indonesia. Jadi yang pasti kita mencoba mengambil nilai-nilai Indonesia ya, tradisional, ada ukir-ukiran, kebetulan tim dekorasi (diaspora) juga membantu kita dengan dekorasi background dengan ukir-ukiran dan tema Natal juga," paparnya.
Dalam kata sambutannya pada acara tersebut, Duta Besar Republik Indonesia untuk Amerika Serikat Rosan Roeslani mengenang kembali masa mudanya yang sering diwarnai dengan tradisi perayaan Natal selagi ia bersekolah di SD Ora Et Labora, serta SMP dan SMA Pangudi Luhur. Kepada masyarakat Kristiani Diaspora Indonesia yang hadir malam itu, ia mengutarakan arti perayaan Natal baginya.
“Dengan adanya Natal ini, selalu mendatangkan rasa kedamaian, rasa ketulusan, rasa kebersamaan, rasa persaudaraan, dan rasa ingin bergandengan tangan, tidak hanya dalam bentuk fisik, tapi juga di dalam hati dan pikiran kita," katanya.
Besar harapan pihak panitia maupun pengunjung yang hadir malam itu, seperti Harry Napitupulu yang mewakili Persadaan Bangso Batak, bahwa perayaan tersebut akan membuka kembali kesempatan untuk perayaan-perayaan hari besar umat Kristiani selanjutnya setelah berakhirnya pandemi. [aa/ka]
Forum