Di Beijing, ribuan orang berbondong ke vihara Buddha dan Taoisme untuk mendoakan nasib mujur dan kemakmuran pada hari pertama Tahun Baru Imlek 4713, atau menghadiri pasar udara-terbuka dan festival di taman-taman daerah kediaman mereka.
Tidak seperti hari libur Barat, yang mulai malam sebelumnya dan berakhir keesokan harinya, tradisi perayaan Tahun Baru Imlek berlangsung selama 15 hari, dan berakhir dengan Festival Lentera tahunan.
Hari libur itu juga ditandai dengan masa bepergian yang paling besar di dunia, ketika jutaan orang “mudik” untuk merayakan hari libur tersebut bersama keluarga mereka.
Pembatasan peluncuran kembang api dan perlambanan ekonomi tampaknya mengurangi sedikit perayaan di seluruh China.
Tidak terlihat adanya perayaan imlek di Taiwan, yang masih berduka sehari setelah terjadinya gempa bumi 6,4 skala Richter. Jalan-jalan di Tainan, dekat pusat gempa itu, tetap kosong ketika tengah-malam mendekat.
Para petugas SAR berdoa Minggu malam di vihara Wu-Long-Kuong di Tainan, membakar dupa dan menunduk di hadapan beberapa dewa Daois dan Buddhis.
Tetapi kembang api dan pawai menyambut tahun baru itu diadakan di kota-kota dari Sydney hingga Lisabon. [gp]