Siapapun pengguna iPhone "jadul" pasti mengenali suaranya. Dia memberikan informasi tentang prakiraan cuaca, tempat pizza yang enak, siapa yang berulangtahun hari ini, dan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan konyol yang dapat Anda lontarkan kepadanya.
Dialah "Siri". Asisten pribadi virtual dalam perangkat Apple yang diaktifkan lewat suara. Dua juga Susan Bennett, pemilik suara perempuan Siri yang pertama kali hadir pada iPhone 4 keluaran tahun 2011.
Bennett tidak sengaja terjun ke bidang sulih suara. Sebelumnya, dia bekerja sebagai penyanyi.
"Dulu saya bekerja di studio rekaman, menjadi penyanyi latar, menyanyikan jingle iklan untuk diputar di radio dan televisi," kata Bennett.
Hingga suatu hari, salah satu pengisi suara tidak datang ke studio rekaman. Bennett ditarik untuk menggantikannya. Sejak itu, dia memulai karir barunya sebagai pengisi suara.
Bennett tidak pernah mengira suaranya hadir di iPhone. Apple tidak pernah merekrutnya, dan Bennett tidak ikut audisi untuk menjadi Siri. Dia bahkan tidak tahu suaranya akan digunakan untuk iPhone. Ia hanya merekam suaranya untuk perusahaan 'text-to-speech' pada tahun 2005.
"Selama empat jam setiap hari, saya membaca frasa-frasa atau kalimat-kalimat yang tidak masuk akal yang dibuat oleh para programer komputer. Kalimat-kalimat tersebut dibuat untuk memungkinkan setiap kombinasi suara dalam bahasa Inggris," kata Bennett.
Karena diciptakan untuk suara dan bukan konten, menurut Bennett, kadang-kadang kalimat-kalimat tersebut dapat terdengar sangat aneh, seperti “cow hoist in the tub today” atau “fasa ask fasa ask fuzzy.”
Setelah selesai rekaman, para pembuat program masuk dan memilah-milah vokal, konsonan, suku kata, dan diftong, serta memainkan nada dan kecepatannya.
"Prosess ini disebut concatenation," kata Bennett. "Mereka mengambil suara-suara tersebut, memadukannya kembali dalam bentuk frasa-frasa dan kalimat-kalimat baru."
Dan begitulah proses pengembangan Siri, berdasarkan sesi rekaman yang Bennett lakukan. Begitulah cara suara-suara seperti suara Bennett menjadi bagian perangkat digital seperti GPS dan sistem telepon.
Bagaimana perasaan Bennett menjadi suara Siri?
"Siri punya peranan besar dalam hidup saya karena saya harus menghadapi perasaan tidak nyaman dan ketakutan. Pada dasarnya saya seorang introvert. Saya sangat tertutup," kata Bennett. "Jadi, saya berpikir, ‘Apakah saya mau menjadi seseorang yang ada di telepon genggam setiap orang di seluruh dunia?’ Saya pikir, "Saya tidak punya pilihan." Saya harus menerima dan bersikap positif, dan itulah yang saya lakukan."
Solusinya, katanya, adalah merangkul "suara Siri" -nya.
“Ketika saya keluar dan menjadi pembicara pada berbagai konferensi dan acara teknologi, saya tidak perlu mengambil hati siapa pun. Orang-orang mencintai Siri, sehingga saya bisa menjadi Siri atau perwakilan Siri. Dan itu mempermudah saya. Jadinya menyenangkan."
Menurut Bennett, memiliki keterampilan tertentu diperlukan untuk menjadi aktor suara.
"Anda harus bisa membaca dengan baik dan dalam jangka waktu tertentu. Anda juga kadang-kadang harus bisa membaca cepat karena mereka sering menyisipkan lebih banyak kata dalam 60 detik daripada yang Anda pikirkan," kata Bennett.
Memiliki pelatih suara, kata Bennett, juga merupakan kunci keberhasilan pengisi suara.
"Tidak cukup hanya memiliki suara yang menarik atau suara yang unik atau semacam suara yang khas. Orang-orang yang masuk ke sulih suara perlu memiliki pelatih suara karena itu bagian dari akting, dan itulah sebabnya banyak musisi dan aktor melakukan banyak pekerjaan sulih suara."
Bagi Susan Bennett, menjadi pekerja sulih suara terjadi begitu saja. Dia mengatakan itu adalah perpanjangan dari bernyanyi - baginya, katanya, yang penting ritme.
"Saya pikir banyak aktor sulih suara yang benar-benar sukses dan dapat merasakan ritme terhadap apa yang mereka baca dengan baik," kata Bennett. Atau, katanya, mereka menambah atau menemukan ritme untuk membuat karakter terdengar alami dan otentik.
Meskipun Apple sudah tidak lagi menggunakan suara Bennett sejak tahun 2013, ritme dan suaranya yang unik tetap menjadi fitur ikonik, bukan hanya pada saat awal diluncurkannya Siri pada iPhone, tetapi juga tentang bagaimana menciptakan komunikasi yang lebih berarti antara manusia dan mesin. [es/dw]