Seorang perempuan hamil yang mengalami luka-luka dan dibawa dengan tandu dari rumah sakit bersalin yang dibom Rusia pada minggu lalu, meninggal dunia bersama bayinya.
Foto perempuan, yang belum dapat diidentifikasi, dan sudah meluas ke seluruh dunia itu melambangkan serangan mengerikan terhadap warga sipil.
Perempuan itu adalah salah satu dari sedikitnya tiga perempuan hamil yang dilacak oleh Associated Press (AP) dari rumah sakit bersalin di Mariupol, Ukraina, yang dibombardir Rusia, pada Rabu (9/3) lalu. Dua perempuan lainnya – bersama putri mereka yang baru dilahirkan – selamat.
Dalam video dan foto yang diambil wartawan AP setelah serangan itu, perempuan yang luka-luka itu tampak mengelus perut di bagian kiri bawah yang berdarah, ketika ia dilarikan petugas darurat dengan tandu melewati puing-puing reruntuhan rumah sakit itu. Wajahnya tampak pucat pasi, mencerminkan keterkejutannya atas apa yang baru saja terjadi.
Serangan tersebut merupakan salah satu momen paling brutal sejauh ini dalam invasi yang dilancarkan Rusia, yang pada Senin (14/3) memasuki hari ke 19.
Perempuan itu dibawa ke rumah sakit lain yang terletak lebih dekat ke garis depan, di mana dokter berupaya keras menyelamatkannya. Menyadari ia kehilangan bayinya, petugas medis mengatakan kepada AP bahwa perempuan itu berteriak pada mereka “bunuh aku sekarang!”
Dr. Timur Marin, pada Sabtu (12/3) lalu, mengatakan panggul perempuan itu telah hancur dan terlepas dari bagian tubuhnya. Bayinya dilahirkan melalui operasi caesar tetapi “tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan,” katanya. Mereka mencoba menyelamatkan perempuan itu, namun “resusitasi selama lebih dari 30 menit tidak membuahkan hasil,” ujar Marin lirih. “Keduanya meninggal dunia.”
Dalam kekacauan setelah serangan udara itu, para petugas medis belum sempat mencatat nama perempuan itu sebelum suami dan ayahnya mengambil jenazahnya dan membawanya pergi. Tim dokter mengatakan mereka merasa bersyukur perempuan itu tidak dimakamkan dalam kuburan massal yang digali bagi warga kota Mariupol yang tewas.
Rusia Klaim RS Bersalin Jadi Benteng Kelompok Ekstremis
Pejabat-pejabat Rusia mengklaim rumah sakit bersalin itu telah direbut oleh kelompok ekstremis Ukraina dan digunakan sebagai benteng mereka. Mereka juga mengatakan tidak ada pasien atau petugas medis yang berada di dalam rumah sakit itu.
Duta Besar Rusia Untuk PBB dan Kedutaan Besar Rusia di London bahkan mengatakan foto-foto Associated Press itu sebagai “bohong” atau “palsu.”
Sejumlah wartawan AP yang telah melaporkan dari kota Mariupol yang diblokir sejak awal perang itu, mendokumentasikan serangan tersebut dan melihat langsung para korban serta kerusakan yang ditimbulkan.
Mereka mengambil foto dan video ketika sejumlah ibu hamil yang berlumuran darah melarikan diri dari bangsal rumah sakit yang dibom, sementara para petugas medis berteriak dan anak-anak menangis.
Tim AP pada Jumat (11/3) dan Sabtu (12/3) melacak sebagian korban yang dialihkan ke rumah sakit lain di pinggiran Mariupol. Selama lebih dari satu minggu kota pelabuhan di Sungai Azov itu tidak memiliki pasokan makanan, air bersih, listirk atau pemanas. Listrik dari generator darurat disiapkan untuk kamar operasi. [em/lt]