Hari Senin ini diperingati sebagai tahun ke-lima gempa bumi hebat di Haiti.
Gempa berkekuatan 7.0 pada 12 Januari 2010 itu menewaskan lebih dari 200 ribu orang. Lebih dari satu juta orang kehilangan tempat tinggal, membuat mereka terpaksa tidur di tempat-tempat penampungan, seringkali berupa tenda yang dibuat dari terpal, kardus atau kaleng.
Wabah kolera terjadi tidak lama setelah gempa, menimbulkan pukulan lain bagi republik di Karibia yang merupakan negara termiskin di belahan bumi Barat.
Sekarang ini, sebagian dari tempat-tempat yang paling parah terimbas gempa di ibukota Port-au-Prince telah berubah dramatis dan sebagian besar tempat telah bersih dari reruntuhan. Tetapi, ribuan orang masih bersusah payah untuk mencari nafkah.
Organisasi Internasional bagi Migrasi menyatakan meskipun 94 persen pengungsi di dalam negeri telah meninggalkan kamp-kamp dan lokasi-lokasi penampungan sementara, hampir 80 ribu warga Haiti masih belum memiliki “tempat tinggal yang layak.”
Meskipun miliaran dolar bantuan telah dijanjikan untuk Haiti setelah gempa tersebut, pemerintah menyebut kurangnya dana memperlambat rekonstruksi.
Sementara itu, pemerintah Haiti yang rapuh kini dalam krisis politik setelah pemilu legislatif tertunda selama tiga tahun. Para demonstran berunjukrasa selama berpekan-pekan, banyak di antara mereka menyatakan telah hilang kepercayaannya terhadap pemerintah pusat dan Presiden Michel Martelly, dan menginginkan ia mengundurkan diri.