Setelah berbagai kekisruhan dalam bulan pertama kepemimpinan Presiden Donald Trump, yang ditanggapi di negara-negara Eropa dengan demonstrasi dan saling kecam, hubungan persahabatan trans-Atlantik yang sudah berumur satu abad mungkin akan memburuk.
“Begitu banyak hal yang terjadi untuk berpura-pura melihat semua hal ini sebagai hal yang biasa saja”, ujar pemimpin Uni Eropa Donald Tusk hari Senin (20/2).
Negara-negara yang tergabung dalam persekutuan tradisional itu juga sudah melangkah lebih jauh, menyatukan rencana penggalangan dana dan sebuah konferensi khusus untuk menyeimbangkan kebijakan pemerintah baru Trump yang bertolakbelakang dengan Barack Obama, yaitu dalam kebijakan aborsi.
Perintah Eksekutif Trump tentang Aborsi, Resahkan Uni Eropa
Selain perintah eksekutif Trump tentang imigrasi, ada beberapa kebijakan pemerintah Amerika yang meresahkan banyak negara Eropa, seperti larangan pendanaan bagi kelompok-kelompok internasional yang melakukan aborsi atau menyediakan informasi tentang aborsi pada perempuan di negara-negara berkembang.
Wakil Perdana Menteri Belgia Alexander De Croo begitu terkejut sehingga katanya, hal ini tidak bisa diungkapkan lewat kata-kata. Ia mengatakan negara-negara Eropa yang khawatir dengan potensi kematian ribuan perempuan dan anak perempuan kalau tidak dibekali dengan informasi keluarga berencana, kini bekerjasama untuk mengumpulkan sebanyak mungkin dana guna menutupi kesenjangan anggaran yang ada.
“Apa yang kami lakukan adalah menyingsingkan lengan baju dan bekerja, daripada sekedar mengeluhkan apa yang terjadi”, ujar De Croo dalam wawancara dengan Associated Press.
10 Negara Uni Eropa Tetap Siap Dukung Program Keluarga Berencana
Sepuluh negara Uni Eropa telah menulis surat pada Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini, menyatakan bahwa apapun kebijakan Amerika, Eropa tidak bisa membiarkan perempuan di negara-negara berkembang berjuang sendirian. “Kita memiliki tanggungjawab kolektif untuk tidak membiarkan hal ini terjadi”, tulis negara-negara itu dalam seruan bersama menentang kebijakan Trump, yang memperluas secara besar-besaran larangan Partai Republik sebelumnya untuk menyediakan anggaran federal bagi badan-badan dunia yang merancang keluarga berencana, termasuk memberikan informasi tentang aborsi atau melakukan aborsi.
Lima hari setelah Trump memberlakukan kebijakan tentang aborsi itu, Menteri Kerjasama Pembangunan Luar Negeri Belanda Lilianne Ploumen mengatakan ia menerima ribuan pesan dari lebih 150 negara yang minta informasi bagaimana cara untuk menyalurkan sumbangan mereka. Belgia, Denmark dan Belanda sudah berkomitmen memberikan 10 juta dolar masing-masing, dan sekaligus menyelenggarakan konferensi internasional pada tanggal 2 Maret nanti untuk menutupi kesenjangan anggaran akibat kebijakan Trump itu.
Wakil PM Swedia Sitir Sikap Trump
Swedia menunjukkan tentangan mereka terhadap kebijakan Trump dengan cara berbeda.
Dua hari setelah dilantik, Trump menandatangani perintah anti-aborsi di Ruang Oval, didampingi oleh tujuh pejabat laki-laki. Tak lama kemudian Wakil Perdana Menteri Swedia Isabella Lovin memasang foto di Facebook yang menunjukkan ia menandatangi sebuah dokumen pemerintah, dikelilingi oleh pejabat yang semuanya perempuan. Lovin mengatakan “saya serahkan pada para pengamat untuk menerjemahkan foto itu”.
Berbagai kebijakan mulai dari yang kontroversial hingga yang fundamental, dalam berbagai bidang: perdagangan, pertahanan hingga hubungan dengan Rusia, keraguan yang muncul sebagai akibatnya terhadap Trump harus dijawab oleh Wakil Presiden Mike Pence dalam pembicaraan dengan Mogherini dan pemimpin-pemimpin Uni Eropa lainnya pada hari Senin.
Pence mengatakan Trump mengirimnya ke Eropa “untuk menunjukkan komitmen kuat Amerika guna melanjutkan kerjasama dan kemitraan dengan Uni Eropa”. [em/jm]