Mesin-mesin derek menandai cakrawala di kota Shenyang, di China timur laut, tapi dilihat dari jalan, pertumbuhan ekonomi China yang melamban tampak seperti fatamorgana di kota itu.
Jalan utama Shenyang, Qingnian Dajie, atau Youth Avenue, yang juga dikenal sebagai "Koridor Emas," dipenuhi dengan pusat-pusat perbelanjaan besar dan toko-toko outlet mahal yang menjual produk bermerk Louis Vuitton hingga Prada. Bahkan ada dealer mobil Ferrari.
Tetapi, dibalik semua itu tampak suatu gambaran yang sangat berbeda.
Perlambatan pertumbuhan itu sangat merugikan jantung industri China di timur laut. Selama bertahun-tahun, wilayah ini dipandang sebagai mesin perekonomian China yang kuat. Daerah ini kaya akan sumber daya alam dan telah lama menjadi salah satu pusat industri di China. Belum lama ini, industri di Shenyang menghasilkan sekitar 10 persen pertumbuhan ekonomi negara.
Kini, mesin itu mogok. Shenyang adalah ibukota Liaoning, satu-satunya provinsi China yang tergelincir ke dalam resesi tahun lalu.
Gubernur Provinsi Liaoning, Chen Qiufa mengakui tahun lalu bahwa pada tahun 2011-2014, kota dan pemerintah daerah di provinsi itu telah menggelembungkan secara sistematis angka pertumbuhan mereka. Harian People’s Daily yang didukung Partai Komunis China bahkan melaporkan, pada tahun 2014 angka-angka pertumbuhan itu digelembungkan oleh beberapa pemerintahan lokal sampai 23 persen.
Meskipun demikian, di sepanjang jalan-jalan seperti Youth Street tampak banyak proyek besar sedang dibangun. Ada bangunan menjulang setinggi 568 meter sedang dikerjakan, seperti juga kompleks hotel dan perbelanjaan, walaupun di bagian lain kota yang tidak jauh dari situ tampak masih tetap kosong. [ps/ii]