Dalam upaya memenangkan kembali pemilihan direktur jenderal WHO tahun lalu, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengkampanyekan dengan penuh semangat agar cakupan kesehatan universal dapat diadopsi.
Setahun kemudian ia mengatakan kepada para delegasi yang menghadiri Majelis Kesehatan Dunia bahwa di bawah pengawasannya, kemajuan besar dalam mencapai sistem kesehatan nasional telah dicapai.
Ia mengutip skema ambisius yang telah dilaksanakan atau sedang dalam proses diberlakukan di berbagai negara, antara lain : Kenya, Afrika Selatan, Filipina, Mesir dan El Salvador.
Tetapi ia mencatat cakupan kesehatan universal ini tidak mungkin dilakukan tanpa perawatan kesehatan primer. Ia mengatakan perawatan kesehatan primer adalah di mana perjuangan mencapai kesehatan manusia berhasil dicapai atau tidak.
“Perawatan kesehatan primer yang kuat adalah garis depan dalam mempertahankan hak atas kesehatan, termasuk hak reproduksi dan seksual,” kata Tedros.
“Lewat layanan primer yang kuat ini negara dapat mencegah, mendeteksi dan merawat penyakit-penyakit tidak menular. Lewat perawatan kesehatan primer yang kuat, wabah dapat dideteksi dan dihentikan sebelum menjadi endemic,” ujarnya.
Selama tahun lalu, Tedros mengatakan telah mencapai kemajuan signifikan terhadap banyak penyebab kematian dan penyakit di dunia. Ia menambahkan tonggak bersejarah telah dicapai dengan peluncuran vaksin malaria pertama di dunia, yaitu di Malawi dan Ghana.
Ia mengatakan saat ini sedang diluncurkan inisiatif baru untuk memberantas kanker serviks, yang sudah membunuh lebih dari 300.000 perempuan setiap tahun. Sebagian “pertempuran” melawan penyakit tidak menular dan menular juga telah dimenangkan.
Pada saat yang sama, Tedros mencatat banyak keadaan darurat yang masih harus diatasi. Antara lain, “pertempuran” untuk mengatasi virus Ebola yang mematikan di Provinsi Kivu Utara dan Ituri yang dilanda konflik di bagian timur Republik Demokratik Kongo. Risiko penyebaran Ebola ke daerah-daerah lain masih sangat tinggi, meskipun sudah ada piranti yang lebih baik dibanding sebelumnya, seperti tersedianya vaksin pencegahan untuk melawan penyakit mematikan ini.
“Kami tidak saja melawan virus. Kami melawan ketidakamanan. Kami melawan kekerasan. Kami melawan misinformasi. Kami melawan ketidakpercayaan. Kami melawan politisasi wabah,” tandas Tedros.
Tedros mencatat pusat-pusat perawatan Ebola telah diserang oleh sejumlah kelompok bersenjata dan seorang dokter WHO telah tewas dibunuh dalam salah satu serangan itu. Meskipun banyak bahaya yang mengintai, WHO dan stafnya tetap bergeming untuk melanjutkan pekerjaan mereka hingga benar-benar selesai. [em]