Wawancara Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo dengan wartawan Mary Louise Kelly di National Public Radio (NPR), dan pembalasan yang dilakukannya setelah wawancara itu, sekali lagi menyoroti kekhawatiran tentang peningkatan serangan terhadap media di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump.
“Menurut penilaian saya ini langkah yang amatir, kekanak-kanakan, dan buka apa yang seharusnya dilakukan dalam demokrasi,” ujar Al Tompkins, yang mengajar etika jurnalistik di Poynter Institute, sebuah organisasi advokasi kebebasan pers di Amerika.
Departemen Luar Negeri AS, Selasa (29/1/2020), meremehkan dampak perhatian media pada wawancara itu. Pada saat yang samat, Pompeo melawat ke Inggris, Ukraina, Belarus dan Asia Tengah, Rabu (30/1/2020).
Pompeo secara tiba-tiba mengakhiri wawancara di NPR bersama wartawan Mary Louise Kelly ketika Kelly mengganti topik wawancara dari Iran ke Ukraina. Dalam wawancara itu, Kelly mempertanyakan klaim Pompeo bahwa ia mendukung mantan Duta Besar Amerika untuk Ukraina Marie Yovanovitch.
Duta Besar yang telah dipecat itu merupakan tokoh utama dalam pengadilan pemakzulan Trump yang dituduh telah menyalahgunakan kekuasaan kepresidenannya dengan menahan bantuan militer untuk Ukraina hingga mendapatkan informasi tentang Joe Biden, mantan wakil presiden yang menjadi penantang utamanya dalam pilpres tahun ini.
Setelah mengakhiri wawancara itu secara tiba-tiba, Kelly dipanggil ke sebuah ruang tertutup untuk bertemu Pompeo di mana Pompeo “berteriak pada saya dalam waktu yang sama dengan wawancara yang dilakukan,” ujar Kelly.
Kelly mengatakan ia menjadi sasaran kemarahan, pernyataan-pernyataan penuh amarah Pompeo karena ditanya tentang Ukraina, dan ia ditantang untuk menemukan Ukraina pada sebuah peta.
Pompeo kemudian mengeluarkan pernyataan yang mengatakan Kelly telah berbohong tentang pertanyaan dalam wawancara yang seharusnya hanya berkisar tentang Iran. Dia juga mengeluhkan pembicaraan seusai wawancara itu yang seharusnya “tidak direkam”atau off the record. Namun pernyataan itu tidak menyanggah apa yang dikatakan Kelly dalam pertemuan tertutup itu.
Kelly juga menunjukkan email-email sebelumnya yang ditujukan kepada pejabat urusan press di Departemen Luar Negeri yang menunjukkan topik wawancara tentang Iran dan Ukraina. Kelly menantang klaim Departemen Luar Negeir bahwa pertemuan tertutup itu sedianya off the record.
Dalam tulisannya di surat kabar The New York Times, Rabu (29/1/2020), Kelly menggambarkan peran wartawan dalam demokrasi untuk meminta pertanggungjawaban orang-orang yang berkuasa merupakan “hak istimewa dan sekaligus tanggung jawab.” [em/ft]