Menggambarkan hubungan Donald Trump dengan media sebagai renggang adalah pernyataan yang kurang kuat.
Selama berbulan-bulan, Trump melarang wartawan dan media tertentu meliput kampanye-kampanye yang diselenggarakannya. Dia mengancam akan mengajukan gugatan jika organisasi berita dinilainya tidak jujur.
Dipicu oleh pernyataan-pernyataannya yang mengecam media, pendukungnya sering meneriakkan yel-yel tidak senonoh pada jurnalis selama kampanye berlangsung, bahkan seorang agen rahasia terpaksa turun tangan untuk melindungi seorang wartawan.
Konflik Trump dengan media berlanjut Kamis (13/10) saat kandidat Partai Republik ini mengancam akan menuntut harian The New York Times ke pengadilan, terkait berita mengenai dua perempuan yang menuduh dirinya melakukan pelecehan seksual. Berita ini merupakan salah satu dari beberapa berita yang menuduh Trump melancarkan serangan seksual.
Meskipun Trump membantah tuduhan tersebut, hal ini tidak menyebabkan liputan media mengendor seputar berita ini selama minggu ini.
Hal ini terjadi karena tuduhan ini muncul hanya beberapa hari setelah Trump terlihat dalam rekaman video tahun 2005 membual tentang kemampuan dirinya untuk melakukan serangan seksual tanpa konsekuensi apa-apa.
Selain perilaku seksual, kontroversi seputar Trump juga merembet ke bidang-bidang lain dan terus diliput oleh media. Dalam dua setengah minggu terakhir, media dimuati dengan berita tentang penolakan Trump mengungkapkan laporan pajaknya, pertikaiannya dengan mantan Miss Universe, pelanggaran hukum oleh Yayasan Trump, dan pertikaiannya dengan anggota-anggota Kongres Partai Republik.
Secara kolektif, ini merupakan banjir liputan berita negatif yang mengagetkan seputar integritas seorang kandidat presiden, hanya beberapa minggu sebelum pemilihan presiden. [jm]