Kazakhstan bercita-cita untuk menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 2022 tetapi banyak negara-negara di Asia Tengah melihat penawaran mereka sebagai proyek 'mercusuar' Presiden yang telah lama berkuasa di negara itu, Nursultan Nazarbayev.
Almaty, ibukota keuangan Kazakhstan, akan berhadapan dengan kota metropolis Cina, Beijing, hari Jumat (31/7), saat Komite Olimpiade Internasional mengumumkan pemenang tuan rumah olimpiade dalam pemilihan di Malaysia.
Kota yang terletak di kaki bukit pegunungan Tien Shan yang tertutup salju, menjadi tuan rumah bersama (co-host) Asian Winter Games tahun 2011 bersama ibukota Astana dan akan menjadi tuan rumah pertandingan musim dingin Universiade tahun 2017.
Olimpiade merupakan proyek Nazarbayev, mantan pegawai pabrik baja yang sekarang berusia 75-tahun, yang telah memerintah dengan 'tangan besi' di negara berpenduduk 17,5 juta ini selama 26 tahun.
"Kami ingin menjadi tuan rumah untuk pertandingan-pertandingan Olimpiade, sehingga nama-nama Kazakhstan dan Almaty menjadi terkenal di seluruh dunia," kata Nazarbayev kepada televisi negara tersebut.
Pihak berwenang berharap acara olahraga global itu akan menempatkan negara - yang lima kali lebih luas dari negara Perancis - agar lebih dikenal pada panggung internasional.
Mereka mengatakan pertandingan-pertandingan dalam Olimpiade akan membantu meningkatkan infrastruktur Almaty dan memberikan 'wajah baru' bagi kota yang masih nampak seperti kota era 'Soviet'. Almaty awalnya dibangun sebagai benteng Cossack untuk menjaga perbatasan kekaisaran Rusia dengan China sekitar 161 tahun yang lalu.
Kota Almaty yang sangat dingin dan bersalju pada musim dingin, percaya bahwa penawaran mereka cukup kuat karena 70 persen dari tempat untuk pelaksanaan Olimpiade telah dibangun, termasuk arena skating Medeu yang berbentuk oval, tempat dipecahkannya lebih dari 120 rekor dunia sejak tahun 1950-an.
Pesimisme luas
Para pejabat boleh optimis, namun sangat kontras dengan pesimisme di kalangan banyak warga Almaty.
"Olimpiade hanya dibutuhkan oleh para penguasa, untuk menunjukkan kepada dunia bahwa negara kita hidup sesuai dengan standar demokrasi. Padahal itu tidak ada hubungannya dengan demokrasi," kata Saken Bektiyar, pelukis berusia 54. "Pihak berwenang dan mayoritas rakyat hidup dalam dunia yang berseberangan, dan pesta Olimpiade hanya akan menjadi bonus tambahan bagi mereka yang berkuasa. "
Nazarbayev, yang telah diperbolehkan oleh konstitusi Kazkhstan untuk dipilih sebanyak yang dia inginkan, telah mengawasi reformasi pasar dan menarik lebih dari $ 200 miliar investasi asing.
Namun, dia juga menghadapi kritik dari badan hak asasi manusia dan negara-negara Barat atas isu reformasi demokrasi dan perlakuan keras terhadap oposisi minoritas di negara yang berpenduduk mayoritas Muslim.
"Sebagai warga kota Almaty dan seorang patriot, saya pasti akan menginginkan pertandingan (olimpiade) tersebut diselenggarakan di sini," kata analis politik Aidos Sarym. "Tapi kami khawatir atas korupsi yang memang merajalela di sini."
"Dalam banyak proyek raksasa di Kazakhstan, kami melihat banyak kepentingan pribadi dari sekelompok kecil warga maupun para pejabat pemerintah," lanjutnya.
Sementara, tokoh oposisi Amirzhan Kosanov mengatakan komunitas Kazakhstan terpecah dalam mendukung Olimpiade Musim Dingin 2022 dan Pameran Internasional EXPO-2017 yang akan diselenggarakan di Astana, sebuah proyek ambisius Nazarbayev lainnya.
"Proyek yang melibatkan dana besar-besaran seperti ini biasanya diwarnai dengan berbagai korupsi di mana-mana," cetusnya.
