Tautan-tautan Akses

Pertemuan Pertama Uni Eropa dan 6 Negara Teluk Dibayangi Gejolak Timteng


Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni (tengah), Presiden Dewan Eropa Charles Michel (kiri) dan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (kanan) berbincang sebelum pertemuan puncak Uni Eropa-Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) di Brussels, 16 Oktober 2024. (Ludovic MARIN/AFP)
Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni (tengah), Presiden Dewan Eropa Charles Michel (kiri) dan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (kanan) berbincang sebelum pertemuan puncak Uni Eropa-Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) di Brussels, 16 Oktober 2024. (Ludovic MARIN/AFP)

Para pemimpin Uni Eropa dan Teluk melangsungkan pertemuan puncak pertama yang dilatarbelakangi gejolak Timur Tengah dan Ukraina.

Para pemimpin Uni Eropa dan enam negara Teluk, Rabu (16/10) mengadakan KTT perdana dengan latar belakang gejolak di Timur Tengah dan berupaya menyatuan sikap dalam perang di Ukraina.

Sebelum KTT, para pejabat mengatakan kecil kemungkinan tercapainya pernyataan bersama yang kuat. Sebaliknya, para pemimpin Uni Eropa justru membuat komitmen umum untuk meningkatkan kerja sama antara kedua blok tersebut.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan, “KTT hari ini terjadi pada saat yang kritis, konflik di sekitar kita menuntut tanggapan yang mendesak. Kita semua tahu betapa sulitnya mengatasi kepahitan perang, namun hal ini bisa dilakukan. Untuk memilih pertumbuhan daripada konflik, untuk menggantikan perang dengan kerja sama, dan untuk mengubah permusuhan menjadi peluang.”

Pertemuan Pertama UE dan Enam Negara Teluk Dibayangi Gejolak Timteng
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:36 0:00

Presiden Dewan Eropa Charles Michel juga menyerukan agenda positif pada masa depan. “Hari ini kita berkesempatan untuk mendiskusikan apa yang bisa kita lakukan untuk membangun agenda positif demi masa depan yang mengarah pada manfaat yang lebih konkret bagi warga negara kita dan mengembangkan peta jalan untuk kerja sama kita pada masa depan,” serunya.

Sementara itu, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, Emir Qatar, mengulangi seruannya untuk segera dilakukannya gencatan senjata di Gaza dan Lebanon. “Kita membutuhkan penyelesaian untuk konflik-konflik ini. Kita perlu menemukan solusi untuk perjuangan Palestina berdasarkan legitimasi internasional, berdasarkan perbatasan tahun 1967,” jelasnya.

Komentar emir tersebut berbeda dengan negara-negara Uni Eropa, yang sudah kesulitan untuk menemukan kesepakatan mengenai perang Israel melawan Hamas dan Hizbullah.

Uni Eropa yang beranggotakan 27 negara telah lama menjalin hubungan dengan Dewan Kerja Sama Teluk yang beranggotakan enam negara, termasuk Qatar, Bahrain, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Oman, dan Kuwait. [my/lt]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG