Pertemuan pertama yang sangat dinanti-nantikan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin, Jumat (7/7) akan diamati banyak pihak secara seksama. Sementara kedua pemimpin sama-sama mengungkapkan keinginan untuk memperbaiki hubungan, fakta menunjukkan kemungkinan sebaliknya.
Reporter VOA Daniel Schearf melaporkan, pertemuan itu kemungkinan akan dipersuram oleh penyelidikan yang sedang berlangsung mengenai dugaan keterkaitan kubu Kampanye Trump dengan Rusia dan aksi peretasan Rusia yamg diyakini dinas-dinas intelijen AS telah membantu Trump memenangkan pemilu.
Pertemuan pertama mereka akan berlangsung di sela-sela KTT G-20 di Hamburg. Kremlin mengatakan, terorisme, Suriah dan Ukraina akan menjadi agenda utama mereka.
Gedung Putih mengatakan, Presiden Trump yang akan memutuskan apa yang akan dibahas dalam pertemuan itu dan menyebut peristiwa tatap muka antara kedua pemimpin itu sebagai pertemuan bilateral biasa. Namun, menurut sejumlah pengamat, Trump bisa mengangkat topik apa saja.
"Presiden sering tak terduga. Ia mungkin saja memutuskan agar pertemuan itu mengarah ke sesuatu yang tidak terduga, Kita harus siap menghadapi kemungkinan itu.Itu adalah gayanya memimpin,” kata Stephen Sestanovich dari Organisasi Nirlaba Council on foreign Relations.
Meski demikian, penyelidikan yang sedang berlangsung mengenai dugaan adanya kolusi dengan Rusiaa memperburuk harapan pemerintahan Trump agar pertemuan itu bisa memperbaiki hubungan.
"Apapapun yang terjadi antara Trump dan Putin akan diamati dalam konteks itu. Apakah Trump terlihat terlalu bersahabat? Apakah Trump akan berusaha seolah-seolah tampak keras menghadapi Rusia untuk meredam kecaman di dalam negeri? Saya kira pertanyaan-pertanyan itu akan akan segera mendapat jawaban,” jelas Hannah Thoburn dari Hudson Institute.
Namun sedikit yang memperkirakan Trump akan mengangkat isu mengenai peretasan Rusia yang menurut dinas-dinas intelijen AS ditujukan untuk membantu Trump terpilih sebagai presiden.
Banyak pengamat mengatakan, seandainya ada pernyataan mengenai langkah-langkah yang akan diambil kedua negara untuk meningkatkan kerjasama, itu semata hanya retorika.
"Kita tidak melihat adanya agenda konkret, tujuan konkrit dan bahkan keinginan untuk mengimplentasikan langkah-langkah untuk mencapai tujuan itu. Putin sepertinya menunggu Trump mengambil langkah, sementara Trump tidak bisa menanggulangi masalahnya sendiri di dalam negeri. Ia tidak tahu bagaimana menyikapi Putin. Tidak ada tujuan, tidak ada keinginan, tidak ada kemajuan,” kata Andrei Koolesnikov dari organisasai Carnegie Moscow Center.
Menurut Kolesnikov, terlepas dari hasilnya, pertemuan bilateral itu merupakan kemenangan bagi Kremlin. Jika berlangsung buruk, Rusia akan mengecam AS. Jika berlangsung baik, Putin akan mendapat pujian. [ab/uh]