AS tengah berusaha “menciptakan sebuah jalur maju” untuk mencapai gencatan senjata dalam perang di Gaza setelah Hamas menanggapi proposal multitahap dengan sejumlah perubahan.
Penasihat keamanan nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, mengatakan kepada reporter pada Kamis (13/6) bahwa beberapa perubahan yang diminta Hamas bersifat “sederhana dan kecil” dan bisa dirundingkan, tetapi sejumlah poin lainnya “tidak konsisten” dengan parameter-parameter yang dirinci oleh Presiden Biden atau yang didukung oleh Dewan Keamanan PBB.
Sullivan mengingatkan bahwa karena sifat perundingan itu, yang melibatkan pembicaraan tidak langsung dengan pejabat Mesir dan Qatar, butuh waktu untuk mencapai kemajuan.
“Kami akan bekerja dengan Qatar dan Mesir. Qatar dan Mesir akan bekerja dengan Hamas. Qatar, Mesir dan AS akan bekerja dengan Israel. Sasarannya adalah untuk menyelesaikan ini secepat mungkin,” kata Sullivan.
Pejabat AS mengatakan proposal gencatan senjata saat ini adalah proposal Israel, dan Sullivan mengatakan pihak Israel “mendukung sepenuhnya” proposal itu.
Sementara itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, pada Kamis (13/6), menyerukan Dewan Keamanan PBB untuk mendesak Israel agar menyepakati gencatan senjata di Gaza. Dewan Keamanan pada awal minggu ini telah mendukung proposal yang diajukan AS.
Dalam KTT G7 di Italia, Biden mengatakan Hamas “sebagai tantangan utama sejauh ini” dalam upaya mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza dan pertukaran tahanan.
“Saya telah membeberkan sebuah pendekatan yang telah didukung oleh Dewan Keamanan PBB, G7, Israel, dan tantangan utama sejauh ini adalah Hamas menolak untuk menandatangani walaupun mereka telah mengajukan [proposal] yang [isinya] serupa,” ujar Biden kepada para wartawan.
Gerald Feierstein, direktur program Hubungan Semenanjung Arab di Middle East Institute, mengatakan negosiasi gencatan senjata antara Hamas dan Israel berjalan cukup membingungkan.
“Muncul pernyataan dari pemerintah Israel yang tampaknya menimbulkan keraguan terakit apa yang Israel percaya tentang hal-hal yang mereka sepakati,” ujarnya. “Hamas juga telah mengatakan apa yang mereka terima secara tertulis tidak konsisten dengan apa yang mereka pahami dari pernyataan yang disampaikan secara verbal. Jadi, tampaknya terdapat kebingungan besar dalam proses negosiasi itu. Dan belum diketahui siapa penyebabnya.” [jm/rs]
Wartawan VOA Nike Ching dan VOA's Kim Lewis berkontribusi dalam laporan ini. Beberapa informasi lainnya diambil dari The Associated Press, Reuters dan Agence France-Presse.
Forum