Dalam sinyal terbaru bahwa tingkat utang perusahaan di China mengancam ekonomi yang lebih luas, regulator China Jumat (3/9) terpaksa menghentikan perdagangan obligasi yang diterbitkan Evergrande, pengembang properti terbesar kedua di negara itu.
Kekhawatiran bahwa perusahaan Evergrande tidak akan mampu membayar kewajiban utangnya mendorong aksi jual besar-besaran oleh investor, yang membanjiri bursa.
Penjualan secara besar-besaran obligasi yang dikeluarkan perusahaan itu - beberapa dijual hanya 26% dari nilai nominalnya - terjadi setelah Bloomberg melaporkan bahwa dua perusahaan besar pemberi kredit yang memberi pinjaman besar kepada Evergrande telah menuntut pembayaran segera.
Krisis di Evergrande terjadi hanya beberapa hari setelah perusahaan besar China lainnya, China Huarong Asset Management, merilis laporan pendapatan yang telah lama tertunda yang menunjukkan bahwa mereka rugi $15,9 miliar tahun lalu dan bahwa rasio utang terhadap ekuitas pada satu titik mencapai 1.333% atau meningkat lebih dari 13 kali.
Perusahaan keuangan milik negara merekayasa bailout Huarong akhir bulan lalu untuk menghindari ambruknya perusahaan yang bisa menjadi bencana besar bagi perekonomian. Namun, belum ada indikasi langkah serupa bagi Evergrande, yang telah menjual aset untuk mengumpulkan uang tunai yang dibutuhkan untuk memuaskan pemberi pinjaman. [ka/pp]