Ratusan perusahaan di AS menggunakan berbagai macam metode untuk membuat warga Amerika memberikan suara dalam pemilihan presiden AS November mendatang. Banyak di antaranya yang memberi karyawan mereka cuti berbayar pada Hari Pemilihan, sedangkan yang lainnya membantu warga mendaftar sebagai pemilih, menawarkan ongkos transportasi berdiskon ke TPS-TPS, atau membantu memberi pemilih makan begitu mereka tiba di TPS.
Wartawan VOA Julie Taboh berbicara lebih jauh dengan juru bicara sebuah perusahaan yang memiliki karyawan di berbagai penjuru dunia dan seorang pakar politk yang mengatakan insentif semacam itu dapat berdampak signifikan bagi kehadiran pemilih di TPS.
Para pemilih Amerika perlu ke TPS dan memberikan suara mereka. Itulah pesan dari ratusan CEO di berbagai penjuru Amerika yang telah berjanji akan mendukung hak konstitusional karyawan mereka untuk memberikan suara.. Para karyawan tidak seharusnya memilih antara mendapat gaji dan memberikan suara, kata JJ Huggins, juru bicara Patagonia, perusahaan yang memproduksi peralatan dan busana untuk kegiatan di tengah alam. Perusahaan yang beroperasi di berbagai penjuru dunia ini memiliki sekitar 2.000 karyawan di AS.
CEO Patagonia memberi semua karyawannya satu hari cuti berbayar pada Hari Pemilihan pada tahun 2016.
Melalui Zoom, Huggins mengatakan, “Dengan melakukan itu, ia (CEO) memberitahu karyawan Patagonia bahwa pada Hari Pemilihan, tidak ada yang lebih penting daripada ke TPS dan memberikan suara.”
Patagonia, yang mendeskripsikan diri sebagai perusahaan aktivis, adalah salah satu pendiri "Time to Vote", gerakan nonpartisan yang dipimpin oleh hampir 600 pengusaha dengan tujuan meningkatkan partisipasi pemilih di AS.
Juru bicara Patagonia, Huggins menambahkan, “Sebut saja Walmart. Ada juga Target, Best Buy, Visa, Deloitte, JP Morgan Chase, Twitter, Uber, Lyft, pikirkanlah perusahaan-perusahaan itu dan berapa banyak orang yang mereka pekerjakan, mulai dari pekerja kasar hingga pekerja kantoran, kami akan memberikan dampak yang jauh lebih besar.”
Keterlibatan perusahaan-perusahaan seperti itu sangat penting, mengingat 35 persen pemilih menyatakan konflik waktu memilih dengan pekerjaan mereka sebagai faktor utama yang menghalangi mereka ke TPS.
Pemilihan di AS biasanya diadakan pada hari Selasa, hari kerja biasa.
Nora Gilbert dari Vote.org melalui Zoom mengemukakan, “Ada peran nyata yang dapat dimainkan perusahaan-perusahaan itu sekarang ini, untuk memberi karyawan mereka ruang dan kesempatan untuk memberikan suara serta mengangkat merek dan platform mereka untuk menciptakan budaya partisipasi warganegara.”
Vote.org bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan seperti Patagonia untuk menerapkan kebijakan dan praktik yang ramah bagi pemilih.
Nora Gilbert menambahkan, “Ini merupakan kombinasi menyingkirkan penghalang-penghalang terkait pekerjaan tetapi juga secara proaktif memberikan informasi pemilihan dan sumber daya bagi karyawan mereka.”
Pada Juni lalu, CEO Facebook Mark Zuckerberg mengatakan perusahaannya akan membantu empat juta orang mendaftar sebagai pemilih. Ia mengemukakan, “Dan ini mencakup informasi mengenai pendaftaran pemilih, memberikan suara lewat surat dan memberi suara lebih dini.”
Uber baru-baru ini juga mengumumkan bahwa selain memberi cuti kepada karyawannya, Uber memberikan sumber daya di platform Uber dan Uber Eats untuk membantu orang-orang mendaftar sebagai pemilih dan membawa mereka ke TPS, dan berencana untuk memberi makan bagi mereka yang antre memberikan suara.
Jumlah perusahaan yang memberi dorongan dan memungkinkan warga Amerika untuk memilih belum pernah sebanyak ini, kata Gilbert. Ia ingin ada lebih banyak lagi perusahaan semacam itu. Ia menambahkan, “Kami ingin melihat 100 juta orang yang tidak memilih pada pemilu lalu untuk memberikan suara pada tahun ini, dan mencari cara-cara yang dapat membuat kami secara sistematis mengatasinya, dan menghilangkan penghalang-penghalang itu merupakan pekerjaan penting yang ingin kami lihat selesai dalam 100 hari mendatang.” [uh/ab]