Pesawat Korps Marinir Osprey melakukan pendaratan dengan sangat keras atau “hard-landing” di Hawaii hari Minggu (17/5), menewaskan seorang marinir dan membuat 21 lainnya terpaksa dilarikan ke rumah sakit, sementara asap hitam membubung ke udara akibat kebakaran di dalam pesawat.
Menurut pernyataan Unit Ekspedisi Marinir ke-15, rotor untuk mengubah kemiringan pesawat MV-22 Osprey yang bisa digunakan untuk tinggal landas dan mendarat seperti helikopter serta sekaligus berfungsi sebagai sayap untuk terbang mengalami masalah pendaratan sekitar jam 11.40 siang.
Juru bicara unit tersebut, Kapten Brian Block, menjelaskan lewat email kepada Associated Press, ada 22 orang yang berada di dalam pesawat itu, termasuk 21 marinir dan seorang prajurit Angkatan Laut yang sedang ditugaskan dalam unit itu.
Unit Ekspedisi Marinir ke-15 itu berpangkalan di Kamp Pendleton di California dan sedang berada di Hawaii untuk mengikuti latihan selama satu minggu. Ketika kecelakaan itu terjadi, pesawat Osprey tersebut digunakan untuk latihan di Belows Air Force Station di Oahu.
Pesawat Ospreys bisa dilengkapi dengan radar, laser dan sistem pertahanan rudal. Setiap pesawat bisa membawa 24 marinir menuju medan tempur.
Ospreys dibangun oleh Boeing Co and Bell, sebuah unit perusahaan Textron Inc. Program Osprey ini hampir dihapus setelah terjadi kegagalan mekanik dan dua kecelakaan dalam uji terbang yang menewaskan 23 marinir tahun 2000 lalu.
Pesawat itu sempat dikirim ke Irak dan Afghanistan. Beberapa Osprey juga membantu misi kemanusiaan di Nepal.