Penampilan luar bukanlah segalanya. Paling tidak itulah yang ingin dibuktikan oleh sebuah biro jodoh di Jepang, dengan mewajibkan para peserta sesi kencan kilat yang diadakannya untuk memakai masker warna putih.
"Untuk sampai ke pernikahan, adalah penting untuk berkesempatan mengetahui kepribadian dan nilai-nilai yang dianut calon pasangan pada tahap-tahap awal," ujar Kei Matsumura, kepala biro jodoh Def Anniversary di Tokyo.
"Kami memilih masker bedah sebagai alat esensial untuk itu."
Masker berwarna putih yang biasa dipakai dokter bedah itu adalah pemandangan umum di Jepang, di mana orang-orang memakainya untuk menghindari penularan penyakit, serbuk tanaman dan terkadang, untuk menjaga wajah tetap hangat. Beberapa perempuan juga memilih memakai masker pada hari-hari mereka tidak memakai riasan wajah.
"Karena saya tidak dinilai berdasarkan penampilan luar, saya menjadi lebih santai menghadapi perempuan," ujar Yasumasu Kishi, 28, pada sebuah acara perjodohan dengan peserta 19 laki-laki dan 18 perempuan.
Layanan perjodohan sedang menjamur di Jepang karena anak-anak muda enggan mengikat diri. Tingkat pernikahan telah merosot 50 persen dalam lebih dari 40 tahun, dari 10,1 per 1.000 orang tahun 1975 menjadi 5,1 per 1.000 orang tahun 2014, menurut survei Kementerian Kesehatan.
Anak-anak muda yang tumbuh di era digital kesulitan menghadapi pertemuan tatap muka dalam masyarakat Jepang yang sangat sopan, ditambah lagi dengan jam kerja yang panjang. Mereka seringkali mendapati "konkatsu" atau aktivitas mencari jodoh sebagai satu-satunya pilihan.
"Saya bisa mencari tahu lebih banyak tentang kepribadian mereka dan tidak hanya menilai mereka dari penampilan luar," ujar Chiharu Tsukahara, seorang pegawai kantoran berusia 28 tahun.
"Dalam acara seperti ini, kepribadian merupakan faktor penting. Saya suka itu," tambahnya saat ia bersiap meninggalkan acara dengan Kishi dan dua teman lainnya untuk kencan lanjutan. Kali ini, masker bersifat opsional. [hd]