Ekonom pertanian Patti Kristjanson mengatakan para petani di Afrika Timur memahami terjadinya perubahan iklim yang ekstrem. Tetapi, faktor pemicu inovasi yang mereka lakukan adalah untuk memastikan bahwa ada cukup pangan untuk dikonsumsi
Ia memaparkan, Ketika kita berada di negara seperti Kenya, di mana sebagian besar rumah tangga masih bersusah payah untuk memberi makan keluarga mereka dari sumber apapun, dari pasar, bantuan pangan, atau dari pertanian mereka sendiri selama beberapa bulan dalam setahun, kita akan mengatakan : ya Tuhan! Jadi apa yang mereka pikirkan adalah bagaimana caranya mereka bisa mencapai musim berikutnya, bulan depan, atau mungkin minggu depan, dan bisa memberi makan keluarga mereka. Begitu cara pikir mereka.”
Patti Kristjanson ikut ambil bagian dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Program Penelitian tentang Perubahan Iklim – Pertanian dan Ketahanan Pangan (CGIAR).
Ia menambahkan, “Saya telah bekerja dengan para petani di seluruh Afrika selama 25 tahun, dan mereka selalu membuat perubahan serta mengupayakan hal yang berbeda-beda, menguji pendekatan baru, dan mengubah apa yang mereka lakukan, mencoba tanaman baru, varitas baru.”
Sebuah survei dilakukan atas para petani Afrika Timur tanpa menanyakan secara khusus bagaimana mereka beradaptasi pada perubahan iklim.
Survei itu mendapati bahwa lebih dari separuh petani menggunakan varitas tanaman dengan siklus pertumbuhan yang lebih singkat, termasuk tanaman-tanaman yang tahan kemarau. Ini membantu para petani beradaptasi dengan panas dan kelangkaan air. Sebagian petani juga menanam pohon guna menghentikan erosi dan meningkatkan kualitas air dan tanah.
Pohon-pohon itu, seperti kopi, teh, dan pohon yang menghasilkan produk energi dan obat-obatan. Lima puluh persen petani juga menggunakan intercropping atau tanaman alternatif berbeda pada satu lahan yang sama.
Kristjanson mengatakan, para petani ini kerap mengambil risiko besar ketika mengubah tanaman yang mungkin belum pernah mereka tanam sebelumnya. Ia mengatakan, para petani yang menggunakan teknik-teknik inovatif mungkin akan lebih sering menggunakannya.
Penelitian itu menyarankan peningkatan kemampuan tanah secara terasering, menanam tanaman pagar, memberi pupuk dan pupuk kandang.
Kristjanson mengatakan, petani-petani Afrika Timur kini belajar tentang metode-metode pertanian baru lewat berbagai program yang disediakan oleh operator telepon genggam, radio, dan televisi. Bahkan ada satu acara realita televisi terkenal di Kenya dimana para pakar memilih lahan kecil dan memodernkannya, sama seperti pertunjukkan peremajaan rumah di Amerika dan negara-negara lain.
Ia memaparkan, Ketika kita berada di negara seperti Kenya, di mana sebagian besar rumah tangga masih bersusah payah untuk memberi makan keluarga mereka dari sumber apapun, dari pasar, bantuan pangan, atau dari pertanian mereka sendiri selama beberapa bulan dalam setahun, kita akan mengatakan : ya Tuhan! Jadi apa yang mereka pikirkan adalah bagaimana caranya mereka bisa mencapai musim berikutnya, bulan depan, atau mungkin minggu depan, dan bisa memberi makan keluarga mereka. Begitu cara pikir mereka.”
Patti Kristjanson ikut ambil bagian dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Program Penelitian tentang Perubahan Iklim – Pertanian dan Ketahanan Pangan (CGIAR).
Ia menambahkan, “Saya telah bekerja dengan para petani di seluruh Afrika selama 25 tahun, dan mereka selalu membuat perubahan serta mengupayakan hal yang berbeda-beda, menguji pendekatan baru, dan mengubah apa yang mereka lakukan, mencoba tanaman baru, varitas baru.”
Sebuah survei dilakukan atas para petani Afrika Timur tanpa menanyakan secara khusus bagaimana mereka beradaptasi pada perubahan iklim.
Survei itu mendapati bahwa lebih dari separuh petani menggunakan varitas tanaman dengan siklus pertumbuhan yang lebih singkat, termasuk tanaman-tanaman yang tahan kemarau. Ini membantu para petani beradaptasi dengan panas dan kelangkaan air. Sebagian petani juga menanam pohon guna menghentikan erosi dan meningkatkan kualitas air dan tanah.
Pohon-pohon itu, seperti kopi, teh, dan pohon yang menghasilkan produk energi dan obat-obatan. Lima puluh persen petani juga menggunakan intercropping atau tanaman alternatif berbeda pada satu lahan yang sama.
Kristjanson mengatakan, para petani ini kerap mengambil risiko besar ketika mengubah tanaman yang mungkin belum pernah mereka tanam sebelumnya. Ia mengatakan, para petani yang menggunakan teknik-teknik inovatif mungkin akan lebih sering menggunakannya.
Penelitian itu menyarankan peningkatan kemampuan tanah secara terasering, menanam tanaman pagar, memberi pupuk dan pupuk kandang.
Kristjanson mengatakan, petani-petani Afrika Timur kini belajar tentang metode-metode pertanian baru lewat berbagai program yang disediakan oleh operator telepon genggam, radio, dan televisi. Bahkan ada satu acara realita televisi terkenal di Kenya dimana para pakar memilih lahan kecil dan memodernkannya, sama seperti pertunjukkan peremajaan rumah di Amerika dan negara-negara lain.