Tautan-tautan Akses

Pete Hegseth, Sosok Anti-Woke yang dipilih Trump Sebagai Kandidat Menteri Pertahanan


Pete Hegseth mewawancarai Donal Trump, saat menjabat sebagai presiden AS, di Gedung Putih, Washington, pada 6 April 2017. (Foto: Reuters/Kevin Lamarque)
Pete Hegseth mewawancarai Donal Trump, saat menjabat sebagai presiden AS, di Gedung Putih, Washington, pada 6 April 2017. (Foto: Reuters/Kevin Lamarque)

Presiden terpilih Donald Trump telah membuat pilihan mengejutkan dalam menunjuk sosok yang akan memimpin militer Amerika Serikat, di mana ia mencalonkan Pete Hegseth, penyiar Fox News dan seorang veteran, untuk menjadi menteri pertahanan.

Trump telah memilih seseorang yang tidak memiliki pengalaman sebelumnya di kursi pemerintahan atau pengalaman dalam memimpin sebuah organisasi yang besar. Namun, Hegseth, perwira Garda Nasional, menarik perhatian karena pernah mengatakan perlunya beberapa perubahan di dalam Departemen Pertahanan.

Hegseth mengatakan dia menentang program keberagaman, kesetaraan dan inklusi atau yang dikenal sebagai program DEI, dan menyebutnya sebagai "woke." Woke sendiri merupakan istilah yang biasa merujuk pada kesadaran sosial akan berbagai kesenjangan yang terjadi di masyarakat.

Dia juga telah mempertanyakan peran perempuan dalam pertempuran, yang diperbolehkan oleh Menteri Pertahanan Ash Carter sejak 2016. Sejak itu perempuan memiliki posisi di pasukan khusus angkatan darat AS, tentara, dan personel angkatan laut setelah menjalani uji ketahanan sama seperti rekan pria mereka.

Hegseth adalah lulusan dari Princeton dan Harvard University, dan menulis buku "The War on Warriors", yang menuduh program DEI sebagai penyebab krisis perekrutan di Pentagon.

Pencalonan Hegseth juga mengindikasikan bahwa ia dapat menargetkan sejumlah pemimpin militer, termasuk Kepala Staf Gabungan Jenderal C.Q. Brown, untuk melengserkan tokoh-tokoh yang telah mendukung program DEI.

"Pertama-tama, Anda harus memecat Kepala Staf Gabungan" dan "jenderal mana pun yang terlibat, semua jenderal, laksamana, semuanya," ujarnya kepada pembawa acara siniar Shawn Ryan pada awal tahun ini.

Hegseth bertugas dalam perang Irak, Afghanistan, dan bertugas sebagai perwira infanteri di Teluk Guantanamo. Ia telah mendorong militer AS untuk menjadi lebih ganas.

Trump telah memuji pilihannya itu dan menyebut Hegseth sebagai sosok "tangguh, pintar, dan pihak yang percaya akan konsep ‘America First.’"

Seorang mantan pejabat Pentagon, yang berbicara kepada VOA dengan syarat anonim, memuji dedikasi Hegseth terhadap tentara Amerika dan para veteran.

"Dia akan berjuang untuk mereka karena ia benar-benar peduli," ujar mantan pejabat tersebut. [jm/lt/rs]

Forum

XS
SM
MD
LG