Tidak semua orang berselera pada bekicot-bekicot berukuran besar. Namun di Kenya, minat para peternak meningkat untuk menjadikan bekicot sebagai tambahan makanan dan juga penghasilan.
Gastropoda adalah bekicot berukuran besar di Afrika. Mereka bukan jenis yang biasa dibudidayakan di Eropa, namun para teknisi makanan memperkirakan, bekicot-bekicot tersebut akan segera dinikmati di seluruh dunia.
Bekicot, yang termasuk spesies hermaprodit, dapat berkembang biak dengan cepat dan menghasilkan sampai 500 telur dalam tiga bulan. Faktor itu pula yang menjadikan bekicot populer di kalangan para petani Kenya yang kebanyakan memasoknya ke hotel-hotel.
Untuk mengembangbiakan bekicot, para petani diharuskan memiliki surat izin dari Layanan Margasatwa Kenya. Izin itu bisa didapat dengan membayar 1.500 shillings Kenya atau setara kurang dari $13. Bekicot-bekicot tersebut juga diekspor.
Kenya memiliki dua macam bekicot yaitu bekicot darat dan laut. Bekicot darat lebih cocok untuk diternakkan karena perawatannya lebih mudah dibandingkan dengan hewan ternak lainnya. Bekicot mengandung protein, zat besi, kalsium dan vitamin A serta rendah lemak. Namun, seperti halnya udang, bekicot mengandung kolesterol tinggi.
Di beberapa negara Asia Timur, lendir bekicot digunakan dalam perawatan wajah.
Paul Kinoti, pakar teknologi pangan di Universitas Pertanian dan Teknologi Jomo Kenyatta menjelaskan, "Bekicot membutuhkan lingkungan berudara sejuk. Mereka juga hanya mengandalkan sayuran. Mereka umumnya berkembang biak lebih baik selama musim hujan. Mengapa? Karena banyak dedaunan dan udara yang sejuk. Bekicot sangat aktif pada malam hari. Artinya, pada siang hari mereka akan bersikap tenang. Jadi beternak bekicot tidak sesulit yang diperkirakan jika dibandingkan beternak hewan lain."
Kinoti juga meyakini bahwa beternak bekicot merupakan alternatif berkelanjutan dibandingkan hewan ternak yang menghasilkan gas metana, yang ikut berkontribusi pada perubahan iklim.
Rose Kabura kini beternak bekicot. Ia memiliki petak seluas 2,7 kali 5,5 m persegi di pinggiran kota Thika, sekitar 45 km dari Nairobi. Ia mengatakan, "Bekicot tidak berisik, tidak bau. Jadi jika kita tinggal di daerah perkotaan, ini merupakan pilihan yang lebih bijak dibandingkan babi, sapi, atau ternak lainnya yang membutuhkan lahan yang lebih besar. Mereka juga berisik dan bau. Itu sebabnya saya memilih beternak bekicot."
Rose mendapat keuntungan dari peternakannya tersebut di mana satu kilo daging bekicot dapat dijual 2.500 Shilling Kenya atau sekitar 25 dolar. [lj/ab]