Para petinggi militer Amerika Serikat (AS) dan Rusia mengadakan pembicaraan selama enam jam di Helsinki, Finlandia, pada Rabu (22/9). Pertemuan tersebut, yang merupakan pertemuan tatap muka pertama antara kedua pihak sejak 2019, diadakan agar kedua negara dapat beradaptasi setelah penarikan tentara AS dan pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban di Afghanistan.
Jenderal Mark Milley, ketua Kepala Staf Gabungan AS, dan Jenderal Valery Gerasimov, Kepala Staf Umum Rusia, biasanya tidak mengungkapkan rincian pembicaraan mereka, dan pernyataan dari kedua pihak sangat minim.
Kantor berita Rusia RIA melaporkan, pembicaraan ditujukan untuk berdiskusi tentang mitigasi risiko.
Amerika dan Rusia sering mempunyai kepentingan militer yang bersaing di seluruh dunia, termasuk di negara seperti Suriah, di mana pasukan AS dan Rusia beroperasi dalam jarak dekat. Bagaimana Washington dan Moskow mengendalikan langkah selanjutnya di Afghanistan masih harus diamati.
Militer AS berada di bawah tekanan Kongres untuk menopang strategi anti terorisme guna mengatasi risiko dari Afghanistan, setelah penarikan pasukan AS dan pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban pada Agustus.
Pemerintahan Presiden Joe Biden mengatakan, akan mengandalkan operasi "over-the-horizon" yang dapat menyerang kelompok-kelompok seperti al-Qaida atau ISIS di Afghanistan, jika mereka mengancam AS.
Tetapi, tanpa pasukan di lapangan, tidak jelas sejauh mana kemampuan AS untuk mengetahui dan menghentikan rencana kotor kelompok-kelompok teroris itu.
Setelah 20 tahun perang, pejabat militer AS juga mempunyai pandangan suram tentang Taliban dan mencatat hubungannya dengan al-Qaida.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, Moskow perlu bekerja sama dengan pemerintah Taliban dan kekuatan dunia harus mempertimbangkan untuk mencairkan aset-aset yang dimiliki Afghanistan. (ps/ka)