Tautan-tautan Akses

Komentar Mantan Direktur CIA Petraeus soal Politik Luar Negeri AS


Jenderal David Petraeus, mantan direktur Dinas Intelijens Pusat Amerika (CIA).
Jenderal David Petraeus, mantan direktur Dinas Intelijens Pusat Amerika (CIA).

Perang kata-kata antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un terus berlanjut. Minggu lalu, Trump mengolok-olok Kim dengan menyebutnya “Rocket Man”, karena Kim terus melancarkan rudal dan percobaan misil antar benua yang mungkin bisa mencapai daratan Amerika. Beberapa hari kemudian Trump mengirim pesan Twitter lagi mengomentari pidato menteri LN Korea Utara dalam sidang umum PBB dan kali ini menyebut Kim Jong-un sebagai “Little Rocket Man”.

Tidak ada orang yang bisa meramalkan apa yang akan terjadi apabila kedua tokoh itu kehabisan kata-kata untuk saling melancarkan cercaan dan hinaan.

“Saya baru mendengar pidato menteri LN Korea Utara di PBB. Kalau ia terus mengulangi pikiran-pikiran Little Rocket Man, kedua orang itu tidak akan berkuasa lebih lama lagi! kata Trump dalam pesan Twitternya.

Jenderal David Petraeus, mantan komandan pasukan Amerika dan NATO di Afghanistan, dan mantan direktur Dinas Intelijens Pusat Amerika (CIA) mengatakan, ini adalah cara khas Donald Trump untuk menggoyahkan lawan-lawannya.

“Presiden Trump sungguh-sungguh yakin menjalankan apa yang ia tulis dalam bukunya. Ia mengatakan, sebelum melakukan perundingan, ia akan terlebih dulu meninju muka lawannya sebelum ia sempat duduk,” ungkap Petraeus.

Petraeus mengatakan Trump dengan sengaja berusaha membuat lawannya bingung dengan menunjukkan berbagai sikap yang tidak konsisten dan malahan bertentangan.

“Mungkin ada benarnya taktik itu. Cara itu bisa dipakai dalam perundingan bisnis, atau dalam hubungan internasional. Tapi kalau dilakukan terlalu jauh hasilnya bisa sebaliknya.”

Kata Jenderal Petraeus lagi dalam diskusi yang diadakan di Universitas New York belum lama ini, ia prihatin melihat Trump menjalankan apa yang disebut “teori orang gila”, yang pertama kali digunakan oleh Presiden Richard Nixon dalam tahun 1970-an dulu.

“Nixon menyuruh Menteri LN (Henry) Kissinger mengatakan kepada para pemimpin Uni Soviet bahwa ‘Nixon sedang stress berat dan ia sering minum alkohol malam hari. Jadi kalian harus berhati-hati.’ Mungkin ada untungnya menjalankan ‘teori orang gila’ itu sampai titik tertentu. Tapi kalau terjadi krisis yang sungguhan, kita tidak ingin lawan menganggap bahwa kita memang sangat tidak stabil dan tidak rasional dan karenanya akan bertindak secara gegabah,” lanjutnya.

Menurut jenderal Petraeus, sedemikian jauh Presiden Trump tampaknya tidak konsisten dalam mengirim pesan-pesan Twitternya. Ketika ditanya pendapatnya tentang perang melawan ISIS yang tidak kunjung selesai itu, Jenderal Petraeus menjawab:

“Jenderal-jenderal yang kini bertugas untuk menangani masalah itu sadar bahwa tidak semua persoalan bisa dihadapi dengan satu cara saja, atau dengan menggunakan kekuatan yang lebih besar. Kadang-kadang yang dibutuhkan adalah senjata yang lebih kecil dan cara pendekatan yang lebih komprehensif untuk mendapat hasil yang lebih baik,” tukas Petraeus.

Mantan komandan militer Amerika itu mengatakan, Amerika tidak akan sukses kalau hanya menggunakan serangan pesawat tidak berawak atau mengirim pasukan khusus untuk menyelesaikan masalah ISIS atau al-Qaida, tanpa pendekatan yang lebih menyeluruh. [ii]

XS
SM
MD
LG