Petugas penyelamat di Indonesia hari Kamis (8/12) mencari orang-orang yang mungkin masih terperangkap di bawah reruntuhan, sehari setelah gempa melanda provinsi Aceh. Para pejabat setempat meminta bantuan medis dan pasokan lainnya untuk membantu mereka yang cedera atau kehilangan tempat tinggal.
Gempa berkekuatan 6,5 SR itu telah menewaskan sekitar 100 orang dan mencederai lebih dari 600 lainnya. Gempa ini mengguncang ujung utara pulau Sumatra Rabu pagi, merubuhkan puluhan bangunan. Dampak paling parah dialami Kabupaten Pidie Jaya.
Ribuan orang melewatkan malam hari di masjid dan tempat penampungan darurat, ada pula yang tidur di luar. Pemerintah telah menyatakan status darurat selama dua pekan di Aceh.
Palang Merah Indonesia membagikan selimut, alat-alat kebersihan dan terpal bagi korban gempa dan meminta masyarakat agar mendonorkan darah untuk membantu korban cedera.
Para relawan juga mendatangi daerah-daerah yang dilanda gempa untuk membawa korban ke rumah sakit, yang kini dipenuhi pasien.
Sutopo Nugroho, Kepala Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), mengatakan fokus sekarang ini adalah pada pencarian korban dan kemungkinan penyintas. Menurut Nugroho, sedikitnya 1.000 petugas, termasuk polisi, personel militer dan relawan, dikerahkan untuk membantu para korban.
Organisasi Migrasi Internasional (IOM) menyatakan telah mengirim tim penilai dari Banda Aceh ke daerah-daerah yang rusak parah. Menurut IOM, dua staf telah bekerja sama erat dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) selama tiga tahun sebagai persiapan untuk menghadapi bencana seperti ini.
Paul Dillon, juru bicara IOM Indonesia mengatakan kepada VOA bahwa hujan lebat di daerah-daerah yang dilanda gempa membuat situasi secara umum semakin memprihatinkan. Dillon mengatakan upaya penyelamatan berlanjut tetapi ia menambahkan Indonesia berpengalaman dalam menanggapi bencana alam. [uh/ab]
