Pada tahun 1984 para pakar mendefinisikan Alzheimer sebagai penurunan drastis pada daya ingat, fikiran dan fungsi-fungsi otak lainnya.
Tapi, dalam beberapa dekade berikutnya, para ilmuwan mengetahui lebih banyak lagi penyakit ini, terutama fakta bahwa Alzheimer sebenarnya berkembang di otak penderita selama bertahun-tahun sebelum gejala apapun terlihat. Ini disebut tahap pra-klinis, di mana otak mengalami perubahan yang bisa diketahui dengan pemindai MRI atau test-tes lainnya.
Selagi penyakit berkembang, gejala-gejala mulai tampak. Peneliti Klinik Mayo, Clifford Jack, mengatakan tahap kedua ini disebut Mild Cognitive Impairment, atau penurunan ringan daya pikir. “Jadi, ini adalah tahap penyakit Alzheimer di mana pasien menampakkan gejala klinis, umumnya bermula dengan gangguan ingatan. Tetapi, gangguan tidak terlampau parah, walaupun menghalangi pasien melakukan kegiatan sehari-hari,” ujarnya.
Jack adalah pengarang utama salah satu dari beberapa makalah yang memaparkan dan membahas petunjuk diagnosa baru dalam jurnal Alzheimer & Dementia.
Ia mengatakan petunjuk baru itu tidak secara langsung mempengaruhi bagaimana pasien Alzheimer diobati, mengingat sebagian besar pengobatan sekarang juga tidak banyak membantu. Tapi, ia mengatakan bahwa bagi peneliti, kriteria baru tersebut sangat penting dalam mencari terapi yang manjur.
Jack mengatakan banyak peneliti yakin obat-obatan Alzheimer umumnya tidak manjur karena diberikan setelah pasien kehilangan ingatan dan kemampuan kognitif. Petunjuk baru ini akan membantu dokter mengenali penderita Alzheimer tahap dini, sebelum gejala-gejala kelihatan, dan mengikutkan mereka dalam studi-studi untuk mengetahui apakah obat-obatan bisa mempengaruhi penyakit Alzheimer jika diperoleh cukup dini.
Petunjuk Alzheimer itu dikembangkan bersama oleh Lembaga Nasional untuk Lanjut Usia dan Asosiasi Alzheimer, sebuah kelompok advokasi non-pemerintah.