Raksasa farmasi Pfizer yang berbasis di AS bersama mitranya dari Jerman, BioNTech, Selasa (25/1) mengumumkan telah memulai uji klinis dari versi vaksin COVID-19 baru yang dirancang khusus untuk melindungi dari varian omicron virus corona.
Dalam sebuah pernyataan bersama, kedua perusahaan itu mengatakan akan menguji vaksin baru baik untuk dosis utama maupun sebagai booster pada lebih dari 1.400 relawan dewasa yang sehat berusia antara 18 dan 55 tahun.
Peneliti akan mengelompokkan para relawan itu ke dalam tiga kelompok. Kelompok pertama, yang sudah menerima dua dosis awal dari vaksin yang sekarang, akan diberi satu atau dua dosis vaksin khusus omicron yang baru. Kelompok kedua, yang telah menerima dua dosis pertama dan booster berupa vaksin yang asli, akan diberi satu dosis versi vaksin saat ini atau yang direvisi, sedangkan kelompok ketiga akan terdiri dari orang dewasa tidak divaksinasi yang akan diinokulasi dengan tiga dosis vaksin khusus omicron.
Uji klinis vaksin khusus omicron buatan Pfizer dilakukan di tengah rilis sebuah studi baru yang menunjukkan antibodi yang dihasilkan oleh dosis ketiga dari vaksin pertama COVID-19 masih memberikan perlindungan yang kuat sampai empat bulan setelah dosis terakhir. Temuan dari studi laboratorium yang dilakukan sekelompok ilmuwan di University of Texas Medical Branch bekerjasama dengan para ilmuwan dari Pfizer dan BioNTech, telah diposting online hari Sabtu namun belum dikaji rekan sejawat atau diterbitkan dalam sebuah jurnal ilmiah yang resmi.
Terkait masalah yang sama, Badan Pengawas Makanan dan Obat-obatan AS (FDA), Senin (24/1) lalu mengumumkan telah menghentikan penggunaan dua perawatan antibodi virus corona karena tidak efektif terhadap varian omicron. Badan regulasi obat-obatan federal itu menyatakan pihaknya membatasi otorisasi penggunaan darurat yang diberikan berkaitan dengan pengobatan yang dikembangkan oleh perusahaan Regeneron dan Eli Lilly.
Keputusan untuk menarik kedua metode pengobatan itu mengakibatkan para dokter dan rumah-rumah sakit di Amerika Serikat hanya memiliki satu pengobatan antibodi yang dikembangkan perusahaan farmasi AS GlaxoSmithKline dan mitranya, Vir Biotechnology, bersama dengan pil antivirus yang dikembangkan Pfizer dan raksasa farmasi AS Merck. Semuanya persediaannya sedikit di seluruh negeri dan sulit untuk menemukannya.
Sementara itu, para ilmuwan di seluruh dunia terus mengamati versi baru varian omicron dari virus corona yang kini telah terdeteksi di lebih dari 40 negara.
Varian baru yang telah disebut BA.2, telah terdeteksi di Inggris, Denmark, India, Norwegia, Singapura, Swedia dan Amerika Serikat pada Januari saja. Beberapa pejabat kesehatan di Denmark mengatakan versi BA.2 tersebut menggantikan versi asli omicron yang disebut BA.1. Versi baru omicron itu terjadi pada hampir setengah dari semua infeksi baru di negara Skandinavia tersebut, sementara Badan Keamanan Kesehatan Inggris mengklasifikasikan BA.2 sebagai “varian yang sedang diselidiki."
Database online Outbreak.info mengatakan BA.2 telah terdeteksi di 49 negara, menurut informasi pengujian genomik yang dikumpulkan dalam sebuah database pusat yang disebut Global Initiative on Sharing Avian Influenza Data, atau GISAID.
Para peneliti telah menjuluki BA.2 sebagai "omikron yang diam-diam" karena sifat genetiknya membuatnya lebih sulit untuk diidentifikasi melalui tes PCR. Namun sejauh ini, tidak ada cukup data untuk menentukan apakah versi baru omicron itu lebih menular dan lebih ganas dari pada induknya yang sangat menular. [mg/jm]