SAN FRANCISCO —
Pilot yang membawa pesawat maskapai Asiana Airlines yang jatuh saat akan mendarat di San Francisco hanya memiliki sedikit jam terbang dalam membawa pesawat jenis Boeing 777 saat itu, dan mencoba namun gagal membatalkan pendaratan setelah terbang terlalu lambat untuk mendarat dengan selamat, menurut pihak berwenang.
Maskapai itu mengatakan pada Senin (8/7) di Seoul bahwa pilot yang bertugas kurang memiliki pengalaman menerbangkan pesawat jenis itu dan untuk pertama kalinya mendarat di bandar udara tersebut.
Juru bicara Asiana Lee Hyomin mengatakan bahwa Lee Gang-guk, yang bertugas sebagai pilot utama saat itu, memiliki jam terbang hampir 10.000 jam untuk pesawat lain, namun hanya 43 jam untuk 777.
Pilot lain dalam penerbangan itu, Lee Jeong-min, memiliki sekitar 12.390 pengalaman jam terbang, termasuk 3.220 jam untuk 777, menurut Kementerian Pertanahan, Infrastruktur dan Transportasi Korea Selatan. Lee Jeong-min merupakan wakil pilot, bertugas membantu Lee Gang-guk terbiasa membawa 777, menurut Asiana Airlines.
Tidak jelas apakah tidak adanya pengalaman dari pilot atas pesawat dan bandar udara memainkan peran dalam kecelakaan pada Sabtu itu. Pihak berwenang masih menyelidiki apakah bandar udara atau peralatan di pesawat juga tidak berfungsi.
Pertanyaan lain adalah apakah deaktivasi sistem panduan pendaratan di darat akibat pembangunan di bandar udara memiliki peran dalam kecelakaan tersebut. Sistem-sistem tersebut membantu pilot mendarat, terutama di bandar-bandar udara seperti San Francisco, tempat kabut dapat membuat pendaratan sebuah tantangan. Kondisi-kondisi pada Sabtu hampir sempurna, dengan cuaca cerah dan angin sepoi-sepoi.
Petugas koroner San Mateo County Robert Foucrault mengatakan Minggu bahwa ia sedang menyelidiki apakah salah satu dari dua penumpang remaja yang tewas Sabtu sebenarnya masih hidup saat kecelakaan, namun tergilas kendaraan penyelamat yang bergegas menyelamatkan para korban yang berlarian dari pesawat yang terbakar.
Secara menakjubkan, 305 dari 307 penumpang dan awak pesawat selamat dalam kecelakaan tersebut dan lebih dari sepertiganya bahkan tidak perlu diopname. Hanya sebagian kecil yang luka kritis.
Deborah Hersman, kepala Badan Keselamatan Transportasi Nasional, mengatakan rendahnya kecepatan Penerbangan 214 dalam pendekatan final memicu peringatan bahwa pesawat itu dapat berhenti, dan ada upaya untuk membatalkan pendaratan namun pesawat tersebut jatuh hanya dalam hitungan satu detik kemudian.
Hersnam mengatakan pesawat itu terbang dengan kecepatan di bawah target kecepatan pendaratan yang ditetapkan sebesar 253 kilometer per jam.
Tidak ada indikasi pembicaraan antara pilot dan petugas lalu lintas udara bahwa ada masalah dengan pesawat tersebut. (AP/Jason Dearen dan Joan Lowy)
Maskapai itu mengatakan pada Senin (8/7) di Seoul bahwa pilot yang bertugas kurang memiliki pengalaman menerbangkan pesawat jenis itu dan untuk pertama kalinya mendarat di bandar udara tersebut.
Juru bicara Asiana Lee Hyomin mengatakan bahwa Lee Gang-guk, yang bertugas sebagai pilot utama saat itu, memiliki jam terbang hampir 10.000 jam untuk pesawat lain, namun hanya 43 jam untuk 777.
Pilot lain dalam penerbangan itu, Lee Jeong-min, memiliki sekitar 12.390 pengalaman jam terbang, termasuk 3.220 jam untuk 777, menurut Kementerian Pertanahan, Infrastruktur dan Transportasi Korea Selatan. Lee Jeong-min merupakan wakil pilot, bertugas membantu Lee Gang-guk terbiasa membawa 777, menurut Asiana Airlines.
Tidak jelas apakah tidak adanya pengalaman dari pilot atas pesawat dan bandar udara memainkan peran dalam kecelakaan pada Sabtu itu. Pihak berwenang masih menyelidiki apakah bandar udara atau peralatan di pesawat juga tidak berfungsi.
Pertanyaan lain adalah apakah deaktivasi sistem panduan pendaratan di darat akibat pembangunan di bandar udara memiliki peran dalam kecelakaan tersebut. Sistem-sistem tersebut membantu pilot mendarat, terutama di bandar-bandar udara seperti San Francisco, tempat kabut dapat membuat pendaratan sebuah tantangan. Kondisi-kondisi pada Sabtu hampir sempurna, dengan cuaca cerah dan angin sepoi-sepoi.
Petugas koroner San Mateo County Robert Foucrault mengatakan Minggu bahwa ia sedang menyelidiki apakah salah satu dari dua penumpang remaja yang tewas Sabtu sebenarnya masih hidup saat kecelakaan, namun tergilas kendaraan penyelamat yang bergegas menyelamatkan para korban yang berlarian dari pesawat yang terbakar.
Secara menakjubkan, 305 dari 307 penumpang dan awak pesawat selamat dalam kecelakaan tersebut dan lebih dari sepertiganya bahkan tidak perlu diopname. Hanya sebagian kecil yang luka kritis.
Deborah Hersman, kepala Badan Keselamatan Transportasi Nasional, mengatakan rendahnya kecepatan Penerbangan 214 dalam pendekatan final memicu peringatan bahwa pesawat itu dapat berhenti, dan ada upaya untuk membatalkan pendaratan namun pesawat tersebut jatuh hanya dalam hitungan satu detik kemudian.
Hersnam mengatakan pesawat itu terbang dengan kecepatan di bawah target kecepatan pendaratan yang ditetapkan sebesar 253 kilometer per jam.
Tidak ada indikasi pembicaraan antara pilot dan petugas lalu lintas udara bahwa ada masalah dengan pesawat tersebut. (AP/Jason Dearen dan Joan Lowy)