Pihak berwenang Tanzania telah mulai menjatah pasokan listrik karena penurunan pasokan dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA) akibat kekeringan yang melanda, kata perusahaan listrik negara pada Rabu (23/11). Beberapa wilayah akan mengalami pemadaman selama sembilan jam.
Negara Afrika Timur itu memiliki kapasitas untuk menghasilkan 1.695 megawatt listrik melalui tenaga air, gas alam dan lainnya.
Namun, negara itu tengah menghadapi kekurangan pasokan sebesar 300 hingga 350 megawatt, kata Maharage Chande, direktur pelaksana Tanzania Electric Supply Company Limited (Tanesco).
“Ada dua alasan utama yang menyebabkan kekurangan pasokan: kekeringan yang berkepanjangan dan pemeliharaan beberapa pembangkit kami yang sedang berjalan,” kata Chande kepada wartawan di Ibu Kota Dar es Salaam pada Rabu (23/11).
Salah satu PLTA yang terdampak, Kihansi di bagian tenggara kota Morogoro, mengalami penurunan pasokan dari 180 megawatt menjadi hanya 17 megawatt, ujarnya.
“Tinggi permukaan air di sebagian besar sumber daya juga menurun, sehingga memaksa pembangkit-pembangkit kami untuk menghasilkan listrik di bawah kapasitasnya,” kata Chande.
Negara itu sedang berupaya meningkatkan kapasitas PLTA-nya, termasuk dengan membangun proyek dam Julius Nyerere yang kontroversial di Selous Game Reserve, yang diperkirakan dapat memproduksi 2.100 megawatt listrik setelah beroperasi.
Tanzania, seperti negara-negara tetangganya di Afrika Timur, sedang mengalami curah hujan yang buruk dan musim hujan yang tertunda, yang mendorong pihak berwenang menerapkan penjatahan air di kota Dar es Salaam bulan lalu akibat anjloknya tinggi permukaan air selama dilanda kekeringan.
Kenya, Somalia dan Ethiopia mengalami kekeringan terburuk dalam empat puluh tahun terakhir, setelah empat musim hujan yang buruk memusnahkan ternak dan menggagalkan panen. [rd/em]
Forum