PM Inggris Theresa May, Rabu (19/4), membela keputusannya untuk menyelenggarakan pemilu dini Juni mendatang. Ia mengatakan, pemilu dini itu akan memperkokoh tangan pemerintah dalam perundingan untuk meninggalkan Uni Eropa.
Mengabaikan kecaman yang mengatakan bahwa keputusannya itu membuat pemilih kembali ke TPS-TPS untuk ketiga kalinya dalam dua tahun, setelah pemilu nasional 15 Mei 2015 dan referendum keanggotan Inggris di Uni Eropa Juni 2016.
PM itu mengatakan, Brexit bukan hanya surat yang menyatakan, Inggris ingin keluar dari Uni Eropa, tapi juga bagaimana mendapat kesepakatan yang tepat dari Eropa.
Pemilu mendatang Inggris dijadwalkan tahun 2020, setahun setelah selesainya pembicaraan mengenai keluarnya Inggris dari Uni Eropa yang diperkirakan berlangsung dua tahun.
Partai konservatif May saat ini memegang 330 dari 650 kursi di parlemen. Jajak-jajak pendapat menunjukkan, partai May unggul besar atas Partai Buruh yang beroposisi. May berspekulasi pemilu dini akan memberinya mandat pribadi dari para pemilih dan menghasilkan mayoritas konservatif yang lebih besar di parlemen. [ab/as]