Jepang, Selasa (7/4) bersiap-siap untuk mendeklarasikan keadaan darurat karena virus corona di beberapa daerah di negara itu, sementara PM Inggris Boris Johnson masih dirawat di rumah sakit karena COVID-19 dan para pejabat AS mencari tanda-tanda bahwa penyebaran wabah itu mulai melamban di beberapa kawasannya yang paling terpukul oleh wabah itu.
PM Jepang Shinzo Abe mengatakan keputusannya untuk menetapkan keadaan darurat di Tokyo dan enam prefektur lainnya didasarkan pada kebutuhan untuk melindungi rakyat di tengah-tengah situasi yang “sangat serius” mempengaruhi kehidupan dan ekonomi.
Langkah itu akan berlaku selama sekitar satu bulan, dan disertai dengan paket stimulus ekonomi pemerintah bernilai sekitar 1 triliun dolar.
Sementara itu kantor PM Inggris Boris Johnson hari Senin menyatakan kondisinya memburuk dan bahwa ia dipindahkan ke unit perawatan intensif, tetapi tidak menggunakan respirator. Johnson diopname mulai hari MInggu setelah gejala terjangkit terus ada sementara ia sedang mengisolasi diri.
Inggris mengalami lonjakan korban virus corona, dengan melaporkan 600 kematian hari Minggu dan 400 lagi pada hari Senin.
AS mengalami sekitar 11 ribu kematian, membuatnya sebagai negara dengan tingkat kematian terbanyak ketiga setelah Italia dan Spanyol.
Lebih dari 40 persen kematian di AS terjadi di negara bagian New York, dan mayoritasnya di Kota New York. Gubernur New York Andrew Cuomo melaporkan tentang kemungkinan tanda kemajuan dalam membendung penyebaran virus corona dengan berkurangnya rawat inap di rumah sakit dan jumlah yang sakit parah.
Tetapi ia menekankan perlunya untuk tidak menghentikan upaya-upaya public distancing atau menjaga jarak di tempat umum, seraya mengumumkan perpanjangan penutupan sekolah dan bisnis yang tidak esensial hingga akhir bulan.
“Kita meremehkan virus ini dan menanggung risikonya sendiri,” kata Cuomo. “Sekarang bukan saatnya untuk mengendurkan upaya.”
Di Korea Selatan, kemajuan terus berlangsung dengan laporan 47 kasus baru hari Selasa. Tetapi para pejabat juga tetap khawatir ada perubahan dan mendesak masyarakat agar tetap tinggal di rumah.
Ada juga pertimbangan untuk menggunakan gelang elektronik guna melacak mereka yang sedang mengarantina diri karena virus itu.
Hari Senin, gagasan serupa juga didukung di negara bagian West Virginia, di mana seorang hakim mendukung upaya pemerintah setempat untuk memasang monitor di pergelangan kaki orang-orang yang dinyatakan positif terjangkit virus corona tetapi menoolak mengarantina diri, untuk melindungi orang-orang lain
Kemajuan di beberapa negara Eropa juga telah membuat diambilnya sejumlah langkah pertama untuk mengakhiri langkah-langkah lockdown dan memulai kehidupan seperti normal kembali.
Denmark, menyusul pengumuman serupa pekan ini dari Austria, menyatakan akan membuka lagi tempat penitipan anak, TK dan SD mulai 15 April. SMP dan SMA akan menyusul dibuka pada 10 Mei.
Virus ini telah membuat batal pemungutan suara dalam pemilihan pendahuluan kandidat presiden di AS. Tetapi negara bagian Wisconsin telah melanjutkan pemilihannya pada hari Selasa, setelah sebuah perintah pengadilan membatalkan keputusan gubernur negara bagian itu untuk menunda pemungutan suara hingga bulan Juni.
Di Polandia, para legislator menyetujui rencana mengadakan pemilihan presiden 10 Mei sepenuhnya dengan melakukan pemberian suara melalui pos. Langkah ini memungkinkan penundaan hari pemilu jika itu dianggap perlu. Legislasi ini masih harus diloloskan oleh Senat dan kemudian ditandatangani presiden.
Selandia Baru masih menjalani lockdown selama sekitar satu setengah pekan, tetapi ini tidak menghalangi Menteri Kesehatan David Clark membawa keluarganya berjalan-jalan di pantai. Ia meminta maaf karena melanggar perintah tetap tinggal di rumah, dengan menyebut dirinya seorang idiot.
PM Jacinda Ardern mengatakan di bawah situasi normal, ia akan memecat Clark. Tetapi mengingat situasi darurat karena virus corona, ia memerlukan para pejabat kesehatan senior bertahan, dan menanggalkan sebagian tugas Clark. [uh/ab]