Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu hari Senin (23/3) meminta maaf atas komentarnya menjelang pemilu minggu lalu yang diakuinya telah menyakiti perasaan warga Arab di negaranya.
Dalam acara di kediamannya di Yerusalem, Netanyahu berbicara kepada komunitas Arab dan mengatakan ia tidak berniat untuk menyakiti mereka. “Saya mengganggap diri sebagai perdana menteri semua rakyat Israel terlepas dari agama, ras dan jenis kelamin,” katanya.
Minggu lalu, Netanyahu memperingatkan para pendukungnya supaya memberikan suara baginya karena orang-orang Arab akan berbondong-bondong ke TPS untuk memberikan suara.
Ia juga membuat marah banyak pihak, termasuk Amerika, karena mengatakan tidak akan membiarkan Palestina berdiri sebagai negara selama ia memimpin Israel.
Penyelesaian konflik antara Israel dan Palestina dengan solusi dua negara telah menjadi prioritas utama kebijakan luar negeri Amerika.
Berbagai komentar itu adalah upaya Netanyahu pada menit-menit terakhir untuk memicu semangat para pendukungnya karena ia sempat tertinggal dari pihak oposisi. Ia berhasil menang dan akan berkoalisi dengan partai-partai sayap kanan lain untuk membentuk pemerintahan mendatang.
Salah satu staf utama Presiden Amerika Barack Obama hari Senin mengkritik permintaan maaf Netanyahu itu. Kepala Staf Gedung Putih Denis McDonough mengatakan komentar Netanyahu itu “sangat meresahkan.”
Berbicara di hadapan “J Street”, sebuah kelompok advokasi Yahudi, McDonough mengatakan “kita tidak bisa begitu saja berpura-pura komentar itu tidak pernah diucapkan atau bahwa komentar itu tidak memicu keraguan tentang komitmen Netanyahu untuk mencapai perdamaian lewat perundingan langsung.”