Perdana menteri perempuan pertama Italia, Giorgia Meloni, berjanji pada Selasa (25/10) untuk memimpin negara itu melalui beberapa masa terberat sejak Perang Dunia II.
Dalam pidato perdananya di parlemen, ia juga menjanjikan dukungan bagi Ukraina, NATO dan Uni Eropa.
Meloni mengatakan, Italia akan terus mendukung sanksi Barat terhadap Rusia, terlepas dari tekanan impor gas dari Moskow.
“Menyerah pada pemerasan yang dilakukan Putin terhadap sektor energi tidak akan menyelesaikan masalah, itu justru hanya akan memperburuk situasi, dengan membuka jalan bagi tuntutan dan pemerasan lebih lanjut dengan peningkatan energi di masa depan yang bahkan lebih besar dari apa yang telah kita alami dalam beberapa bulan terakhir.”
Meloni merupakan pemimpin partai nasionalis sayap kanan ekstrem Brothers of Italy.
Mereka meraih kemenangan bulan lalu lewat koalisi dengan partai anti-imigran League dan Forza Italia, yang dipimpin oleh mantan perdana menteri Silvio Berlusconi.
Meloni mengatakan bahwa koalisi itu akan membuat suara mereka didengar di Eropa. Ia juga menekankan bahwa dirinya menentang fasisme dan diskriminasi, meskipun ia sendiri berasal dari partai sayap kanan ekstrem.
Hubungan dekat yang sempat terjalin antara Moskow dengan Berlusconi dan Matteo Salvini dari partai League menimbulkan kekhawatiran akan kebijakan luar negeri Italia di bawah kepemimpinan Meloni.
Dalam pidatonya, Meloni mengatakan dirinya tidak pernah merasakan kedekatan dengan rezim anti-demokrasi, termasuk fasisme. Ia juga menuturkan bahwa hukum rasial Italia selama Perang Dunia II merupakan titik terendah sejarah negara itu.
Di dalam negeri, Meloni mengatakan pemerintahannya akan menawarkan bantuan keuangan bagi keluarga-keluarga dan perusahaan yang terdampak krisis energi. Ia menambahkan, perekonomian dapat tenggelam ke dalam resesi pada 2023.
Ia mengingatkan bahwa tingginya biaya yang diperlukan untuk menyediakan bantuan tersebut dapat berdampak pada tertundanya beberapa janji kampanyenya yang lebih mahal. [rd/jm]
Forum