Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe meletakkan karangan bunga dan berdoa hari Senin (8/9) di sebuah candi Budha bersejarah di luar Kolombo, merampungkan perlawatannya di dua negara Asia Selatan yang juga membawanya ke Bangladesh.
Abe, didampingi istrinya, menghabiskan 40 menit di candi Kelaniya Rajamaha yang diyakini umat Budha pernah dikunjungi oleh Budha lebih dari 2.500 tahun yang lalu.
Dalam kunjungan resminya semalam itu, Abe telah memberi penghormatan kepada mantan Presiden Sri Lanka Junius Jayewardene, yang dikremasi di pekarangan candi itu pada tahun 1996.
Jayewardene membuat permohonan sungguh-sungguh atas nama Jepang pada saat penandatanganan Perjanjian Perdamaian tahun 1951 di San Francisco yang secara resmi mengakhiri Perang Dunia II, dan menuntut pampasan perang.
Jayewardene menolak kompensasi dari Jepang, yang telah melakukan beberapa serangan bom udara di Kolombo dan di kota pelabuhan Trincomalee di Sri Langka timur, pos strategis bagi pasukan sekutu.
Setelah perjanjian San Francisco itu, Tokyo menjadi sekutu politik dan ekonomi yang kuat pulau itu dan masih berperan sebagai donor tunggal terbesar bantuan luar negeri bagi Sri Lanka.
Dalam pembicaraan dengan Presiden Mahinda Rajapakse, hari Minggu, kedua pemimpin sepakat untuk menjalin hubungan maritim yang lebih kuat antara negara mereka dalam sebuah langkah yang dianggap untuk mengimbangi pengaruh China di wilayah tersebut.
Dia juga mendesak Sri Lanka untuk melibatkan masyarakat internasional dalam menangani tuduhan bahwa pasukannya membunuh sedikitnya 40.000 warga sipil Tamil dalam tahap akhir perang separatis di pulau itu yang berakhir pada bulan Mei 2009.
Abe adalah Perdana Menteri Jepang pertama yang mengunjungi Sri Lanka dalam 24 tahun, dan mengikuti kakeknya dan kemudian Perdana Menteri, Nobusuke Kishi, yang melakukan kunjungan resmi pada tahun 1957 ke pulau itu yang dulu dikenal sebagai Ceylon.