Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, Rabu (4/1), berjanji untuk memperdalam aliansi negaranya dengan Amerika Serikat di bawah kebijakan pertahanan baru Jepang dalam menghadapi ketegangan regional yang meningkat.
Jepang baru-baru ini meninggalkan kebijakan pasifisnya dan lebih memilih untuk meningkatkan kekuatan militernya.
Kishida, berbicara dalam konferensi pers setelah mengunjungi Kuil Ise di Jepang Tengah, mengatakan, ia akan mengunjungi Washington untuk melakukan pembicaraan dengan Presiden Joe Biden untuk menegaskan kekuatan aliansi Jepang-AS dan menyoroti kerja sama yang lebih erat antara kedua negara di bawah strategi keamanan dan pertahanan baru Jepang yang diadopsi bulan lalu.
Kunjungan ke AS adalah bagian dari perjalanan mendatang Kishida ke sebagian besar negara Kelompok Tujuh mulai Senin (2/1). Jepang akan menjadi tuan rumah KTT Kelompok 7 (G7) tahun ini di Hiroshima. Kishida mengatakan pertemuannya dengan Biden akan menjadi “sangat penting” dan “lebih penting daripada menunjukkan wajah saya sebagai presiden G7.''
“Kami akan menunjukkan kepada seluruh dunia aliansi Jepang-AS yang lebih kuat, yang merupakan kunci keamanan dan diplomasi Jepang,” kata Kishida. “Kami juga akan menunjukkan kerja sama lebih lanjut kami untuk mencapai Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.''
Jepang, di bawah rencana keamanan dan pertahanan yang baru, membeli ratusan rudal Tomahawk yang dikembangkan A.S. dan rudal jelajah jarak jauh lainnya untuk mencegah kemungkinan serangan dan juga membangun pertahanan di barat daya Jepang di tengah meningkatnya kekhawatiran akan keadaan darurat Taiwan.
Media Jepang mengatakan AS dan Jepang diperkirakan akan membahas bagaimana mereka akan bekerja sama jika terjadi konflik terkait Taiwan.
Selasa malam, Gedung Putih mengumumkan bahwa Biden akan menjamu Kishida untuk konsultasi ekonomi dan keamanan pada 13 Januari.
Biden dan Kishida diperkirakan akan membahas program rudal nuklir dan balistik Korea Utara, di tengah kekhawatiran atas potensi uji coba nuklir lainnya oleh negara tertutup itu, serta invasi Rusia ke Ukraina, stabilitas di Selat Taiwan, perubahan iklim, dan masalah ekonomi, kata sekretaris pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre.
Kedua pemimpin terakhir bertemu di Bali, Indonesia, pada KTT Kelompok 20 November.
Kishida juga akan mengunjungi Prancis, Italia, Inggris, dan Kanada untuk bertemu dengan para pemimpin mereka selama perjalanannya pada 9-15 Januari, menurut Kementerian Luar Negeri Jepang.
Kishida pada hari Rabu juga berjanji untuk mengatasi masalah memprihatinkan Jepang tentang penurunan angka kelahiran, sambil mendorong kebijakan "kapitalisme baru" yang katanya akan menghasilkan "siklus pertumbuhan dan distribusi kekayaan yang baik" untuk mencapai peningkatan gaji yang stabil yang telah terhenti selama beberapa dekade.
Jumlah bayi yang lahir di Jepang tahun lalu diperkirakan turun ke rekor baru di bawah 800.000 sebagai bagian dari penurunan stabil. Penurunan ini banyak dipandang akan mengikis kekuatan nasional.
“Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi,'' kata Kishida. “Dari sudut pandang ekonomi, kita juga perlu menghilangkan kekhawatiran dari mereka yang mengatakan bahwa mereka kemungkinan tidak dapat berinvestasi di Jepang karena angka kelahiran yang menyusut.”
Kishida mengatakan pemerintah akan berbuat lebih banyak untuk memperluas dukungan untuk pengasuhan anak dan mengurangi kesenjangan gender dalam gaji dan lingkungan kerja untuk menurunkan hambatan bagi perempuan.
Jepang adalah ekonomi terbesar ketiga di dunia tetapi biaya hidup tinggi dan kenaikan upah lambat. Pemerintah konservatif telah tertinggal dalam membuat masyarakat lebih inklusif untuk anak-anak, perempuan, dan minoritas.
Sejauh ini, upaya pemerintah untuk mendorong masyarakat untuk memiliki lebih banyak anak berdampak terbatas meskipun telah memperkenalkan pembayaran subsidi untuk kehamilan, persalinan, dan perawatan anak. [ab/uh]
Forum