Perdana Menteri Kamboja Hun Sen hari Senin (21/3) menyinggung unggulan Partai Republik dalam pencalonan kandidat Presiden Amerika dan menertawakan apa yang disebutnya banyak “masalah."
Berpidato dalam konferensi reformasi keuangan di Phnom Penh, perdana menteri terlama di negara itu mengeluarkan sejumlah komentar mengenai Donald Trump, yang menjadi berita di seluruh dunia karena komentarnya dalam kampanye mengenai isu-isu kebijakan luar negeri, termasuk seruan untuk membangun tembok tinggi di sepanjang perbatasan Amerika-Meksiko dan melarang semua warga Muslim masuk ke Amerika.
Hun Sen, yang paling lama menjabat di Asia itu juga mengolok-olok pemilu Amerika yang tampak kacau dimana sebagian demonstrasi, terutama pada kampanye Trump berubah menjadi kekerasan.
Di masa lalu, pemimpin Partai Rakyat Kamboja (CPP) itu mendapat kecaman dari pejabat-pejabat negara Barat termasuk Amerika atas penggunaan kekerasan oleh pemerintahnya terhadap demonstrasi atau mempertanyakan keabsahan pemilu yang membawa kemenangan pada partainya.
Hun Sen mengatakan “situasi di Amerika sekarang berbeda. Ada masalah-masalah dalam kampanye saat ini, pemblokiran jalan dan kata-kata kasar." Ia menambahkan dengan sindiran “Inilah yang mereka sebut kemajuan baru."
Seperti Hun Sen, Trump dianggap sebagai orang kuat. Tapi miliarder itu telah memenangkan suara dengan slogan kampanyenya “Jadikan Amerika Jaya Kembali”, dan unggul dalam pemilihan pendahuluan partai Republik.
Ia tampaknya akan menjadi penantang Hillary Clinton, yang besar kemungkinannya akan menjadi kandidat Partai Demokrat.
Hun Sen mengatakan jika Trump menang dalam pemilu Amerika ia tidak tahu situasinya akan seperti apa. Ia mengetahui upaya-upaya sedang dilakukan oleh petinggi Partai Republik untuk menghalangi pencalonan Trump.
“Kini partai-partai termasuk Partai Republik berusaha menghalangi Trump memenangkan pemilu itu," katanya.
Ou Virak, ketua lembaga kajian Future Forum yang berkantor di Phnom Penh mengatakan popularitas Trump meningkatkan keprihatinan di seluruh dunia diantara berbagai kalangan politik yang berbeda.
Virak mengatakan yang dikemukakan oleh Trump adalah ektremismenya yang bisa berdampak pada kepentingan dunia. Orang yang lama berkuasa seperti Hun Sen khawatir dan Virak yang menjunjung demokrasi juga khawatir.
Virak menyambut baik komentar Hun Sen itu. Menurutnya, minat Hun Sen dalam politik Amerika menunjukkan bahwa ia mengikuti pemilu yang bisa berdampak bukan hanya pada situasi dan iklim politik di Amerika saja tapi juga situasi politik di seluruh dunia khususnya di kawasan bergejolak seperti Asia Tenggara. Karena itu, kata Virak, Kamboja harus memperhatikan proses tersebut. [my/isa]