KUALA LUMPUR —
Ketika partai berkuasa di Malaysia berkumpul untuk kampanye sebelum pemilihan umum minggu lalu, Perdana Menteri Najib Razak mengutarakan peringatan keras: Jangan ulangi kesalahan Mitt Romney.
Sebagaimana kandidat presiden AS dari Partai Republik itu terlalu bergantung pada pemilih kulit putih berusia dewasa, partai berkuasa United Malays National Organization (UMNO) juga bergantung pada pemilih etnis Melayu di pedesaan, ujar Najib pada delegasi sidang paripurna partai, menurut anggota senior partai tersebut.
Hal itu merupakan upaya terbaru Najib untuk mendorong partainya yang enggan menjangkau kelas menengah dan anak muda, yang semakin jengkel pada politik rasial yang mendominasi kekuasaan UMNO pada setengah abad terakhir. Najib memiliki waktu sampai April untuk menyelenggarakan pemilihan umum, yang diperkirakan akan memiliki margin tipis sepanjang sejaran mantan koloni Inggris tersebut.
Suara-suara supremasis dan konservatif dari kelompok Melayu dibungkam pada sidang paripurna UMNO di Kuala Lumpur yang berakhir Sabtu (1/12), seiring usaha partai untuk memperlihatkan persatuan, empat tahun setelah koalisi kekuasaan menghadapi hasil terburuk dalam jajak-jajak pendapat.
Namun peringatan dari sebagian pemimpin partai akan kekerasan di jalanan jika oposisi kalah dan kerusuhan sosial jika oposisi menang merupakan pengingat akan ketegangan antara kelompok moderat dan konservatif di dalam UMNO yang bisa memperburuk posisi Najib dalam jajak pendapat.
“Saya kira Najib belajar dari kesalahan-kesalahan Mitt Romney,” ujar Saifuddin Abdullah, anggota parlemen dan salah satu reformis terdepan dalam UMNO.
“Ia mengatakan bahwa catatan pelayanan kita yang panjang tidak cukup. Kita harus melihat pada demografi,” tambahnya, mengacu pada lonjakan jumlah pemilih muda yang tidak memiliki ingatan akan kerusuhan ras pada 1969 yang membuat trauma bangsa multietnis tersebut.
Sekelompok mayoritas dalam partai etnis Melayu tersebut masih belum paham atau menerima realitas baru yang membuat Najib mendorong reformasi, ujar Saifuddin.
Koalisi Barisan Nasional (BN) yang berkuasa, yang berakar di UMNO, menderita kekalahan terburuk dalam masa kekuasaan selama 55 tahun ketika kehilangan dua pertiga mayoritas parlemen pada 2008, selain pemerintahan di lima negara bagian.
Banyak pemilih di perkotaan dan etnis mayoritas China telah meninggalkan BN, memberikan pihak oposisi harapan, meski kecil, untuk memenangkan kekuasaan.
Najib, yang naik jabatan pada 2009, telah merespon dengan menarik perhatian kelas menengah yang jumlahnya terus tumbuh, mencabut undang-undang pertahanan era kolonial, mengendurkan cengkeraman atas media, dan mengambil langkah-langkah terbatas untuk mengakhiri kebijakan-kebijakan pro-Melayu yang telah menjadi fondasi kekuasaan UMNO.
Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Reuters pada Kamis pekan lalu, mantan perdana menteri Mahathir Mohamad, yang masih merupakan tokoh yang berpengaruh dalam UMNO dan salah satu suara konservatif terdepan, menegaskan perlawanannya terhadap langkah Najib mengganti undang-undang pertahanan internal yang oleh banyak pihak dianggap kejam.
“Saya kira partai telah gagal menjelaskan mengapa ada peraturan semacam itu dan mengapa peraturan tersebut diperlukan dalam negara ini,” ujar Mahathir, 87, yang berkuasa dari 1981 sampai 2003, di kantornya di Menara Petronas.
Ekonomi — Harapan Terbaik UMNO
Mahathir mencela pemerintahan sekarang lemah dan “menjadi obyek tekanan” karena kinerjanya yang buruk pada 2008.
“Sekarang tentu saja kelompok Melayu sebagian telah kembali ke UMNO, namun etnis China mengetahui bahwa mereka dapat menjadi faktor yang sangat kuat dalam pemilihan umum,” ujarnya. “Dengan terbaginya Malaysia, suara mereka akan menjadi suara penentu.”
Najib telah berupaya menarik suara kelompok China, yang merupakan seperempat dari penduduk Malaysia dan mendominasi ekonomi, namun jajak pendapat menunjukkan bahwa mereka masih menjauh dari koalisi.
Harapan terbaik koalisi dalam memenangkan pemilihan umum barangkali ekonomi Malaysia yang kuat dan tingkat persetujuan yang relatif tinggi untuk Najib, 59, yang merupakan anak mantan perdana menteri.
Dalam pidato pembukaan sidang paripurna, Najib memberitahu para delegasi yang bersorak bahwa pemimpin oposisi Anwar Ibrahim memiliki “lidah bercabang” dan akan membahayakan ekonomi dengan meningkatkan utang dan menjadikan Malaysia versi Asia dari Yunani dalam waktu tiga tahun.
“Pada saat seperti itu, manajemen ekonomi negara kita tidak akan lagi dalam tangan-tangan pemerintahan yang terpilih tapi diserahkan pada lembaga-lembaga internasional. Itukah yang kita mau?” ujarnya.
Namun ia menghadapi tuntutan untuk meningkatkan kesejahteraan warga Melayu, yang merupakan 55 persen dari populasi.
Shahrizat Abdul Jalil, pemimpin kelompok perempuan UMNO, menyeru pemerintah untuk “menjamin warga Melayu mengontrol setengah dari kekayaan negara,” dibandingkan dengan 23 persen yang ada sekarang. Ia juga memicu kontroversi dengan mengatakan bahwa hilangnya kekuasaan UMNO dapat mengulangi kerusuhan berdarah 1969.
Meski ada keuntungan finansial besar dibanding oposisi dan kekuatan pihak petahana (incumbent), BN tidak mampu menggerus dukungan bagi aliansi oposisi, ujar Ooi Kee Beng, wakil direktur Lembaga Studi Asia Tenggara di Singapura. Ketidakmampuan Najib dalam memutuskan tanggal pemilihan umum telah menghilangkan elemen kejutan bagi koalisinya.
“Keuntungan yang ada tidak dapat dimanfaatkan, dan sekarang sudah sangat terlambat. Keuntungan itu sudah hilang,” ujar Ooi.
Mahathir dilihat secara luas sebagai pihak yang mendorong Najib menjadi penggantinya pada pemilihan umum 2008, dan dapat memainkan peran penting kembali di belakang layar jika perdana menteri sekarang gagal memperbaiki hasil pemilihan. Ia mengatakan bahwa peningkatan kursi BN pada 2008 merupakan persyaratan minimum untuk Najib.
“Tentu saja kinerjanya harus lebih baik dibandingkan pemerintahan yang terdahulu, dan saya kira ia akan melakukannya,” ujar Mahathir. (Reuters/Stuart Grudgings)
Sebagaimana kandidat presiden AS dari Partai Republik itu terlalu bergantung pada pemilih kulit putih berusia dewasa, partai berkuasa United Malays National Organization (UMNO) juga bergantung pada pemilih etnis Melayu di pedesaan, ujar Najib pada delegasi sidang paripurna partai, menurut anggota senior partai tersebut.
Hal itu merupakan upaya terbaru Najib untuk mendorong partainya yang enggan menjangkau kelas menengah dan anak muda, yang semakin jengkel pada politik rasial yang mendominasi kekuasaan UMNO pada setengah abad terakhir. Najib memiliki waktu sampai April untuk menyelenggarakan pemilihan umum, yang diperkirakan akan memiliki margin tipis sepanjang sejaran mantan koloni Inggris tersebut.
Suara-suara supremasis dan konservatif dari kelompok Melayu dibungkam pada sidang paripurna UMNO di Kuala Lumpur yang berakhir Sabtu (1/12), seiring usaha partai untuk memperlihatkan persatuan, empat tahun setelah koalisi kekuasaan menghadapi hasil terburuk dalam jajak-jajak pendapat.
Namun peringatan dari sebagian pemimpin partai akan kekerasan di jalanan jika oposisi kalah dan kerusuhan sosial jika oposisi menang merupakan pengingat akan ketegangan antara kelompok moderat dan konservatif di dalam UMNO yang bisa memperburuk posisi Najib dalam jajak pendapat.
“Saya kira Najib belajar dari kesalahan-kesalahan Mitt Romney,” ujar Saifuddin Abdullah, anggota parlemen dan salah satu reformis terdepan dalam UMNO.
“Ia mengatakan bahwa catatan pelayanan kita yang panjang tidak cukup. Kita harus melihat pada demografi,” tambahnya, mengacu pada lonjakan jumlah pemilih muda yang tidak memiliki ingatan akan kerusuhan ras pada 1969 yang membuat trauma bangsa multietnis tersebut.
Sekelompok mayoritas dalam partai etnis Melayu tersebut masih belum paham atau menerima realitas baru yang membuat Najib mendorong reformasi, ujar Saifuddin.
Koalisi Barisan Nasional (BN) yang berkuasa, yang berakar di UMNO, menderita kekalahan terburuk dalam masa kekuasaan selama 55 tahun ketika kehilangan dua pertiga mayoritas parlemen pada 2008, selain pemerintahan di lima negara bagian.
Banyak pemilih di perkotaan dan etnis mayoritas China telah meninggalkan BN, memberikan pihak oposisi harapan, meski kecil, untuk memenangkan kekuasaan.
Najib, yang naik jabatan pada 2009, telah merespon dengan menarik perhatian kelas menengah yang jumlahnya terus tumbuh, mencabut undang-undang pertahanan era kolonial, mengendurkan cengkeraman atas media, dan mengambil langkah-langkah terbatas untuk mengakhiri kebijakan-kebijakan pro-Melayu yang telah menjadi fondasi kekuasaan UMNO.
Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Reuters pada Kamis pekan lalu, mantan perdana menteri Mahathir Mohamad, yang masih merupakan tokoh yang berpengaruh dalam UMNO dan salah satu suara konservatif terdepan, menegaskan perlawanannya terhadap langkah Najib mengganti undang-undang pertahanan internal yang oleh banyak pihak dianggap kejam.
“Saya kira partai telah gagal menjelaskan mengapa ada peraturan semacam itu dan mengapa peraturan tersebut diperlukan dalam negara ini,” ujar Mahathir, 87, yang berkuasa dari 1981 sampai 2003, di kantornya di Menara Petronas.
Ekonomi — Harapan Terbaik UMNO
Mahathir mencela pemerintahan sekarang lemah dan “menjadi obyek tekanan” karena kinerjanya yang buruk pada 2008.
“Sekarang tentu saja kelompok Melayu sebagian telah kembali ke UMNO, namun etnis China mengetahui bahwa mereka dapat menjadi faktor yang sangat kuat dalam pemilihan umum,” ujarnya. “Dengan terbaginya Malaysia, suara mereka akan menjadi suara penentu.”
Najib telah berupaya menarik suara kelompok China, yang merupakan seperempat dari penduduk Malaysia dan mendominasi ekonomi, namun jajak pendapat menunjukkan bahwa mereka masih menjauh dari koalisi.
Harapan terbaik koalisi dalam memenangkan pemilihan umum barangkali ekonomi Malaysia yang kuat dan tingkat persetujuan yang relatif tinggi untuk Najib, 59, yang merupakan anak mantan perdana menteri.
Dalam pidato pembukaan sidang paripurna, Najib memberitahu para delegasi yang bersorak bahwa pemimpin oposisi Anwar Ibrahim memiliki “lidah bercabang” dan akan membahayakan ekonomi dengan meningkatkan utang dan menjadikan Malaysia versi Asia dari Yunani dalam waktu tiga tahun.
“Pada saat seperti itu, manajemen ekonomi negara kita tidak akan lagi dalam tangan-tangan pemerintahan yang terpilih tapi diserahkan pada lembaga-lembaga internasional. Itukah yang kita mau?” ujarnya.
Namun ia menghadapi tuntutan untuk meningkatkan kesejahteraan warga Melayu, yang merupakan 55 persen dari populasi.
Shahrizat Abdul Jalil, pemimpin kelompok perempuan UMNO, menyeru pemerintah untuk “menjamin warga Melayu mengontrol setengah dari kekayaan negara,” dibandingkan dengan 23 persen yang ada sekarang. Ia juga memicu kontroversi dengan mengatakan bahwa hilangnya kekuasaan UMNO dapat mengulangi kerusuhan berdarah 1969.
Meski ada keuntungan finansial besar dibanding oposisi dan kekuatan pihak petahana (incumbent), BN tidak mampu menggerus dukungan bagi aliansi oposisi, ujar Ooi Kee Beng, wakil direktur Lembaga Studi Asia Tenggara di Singapura. Ketidakmampuan Najib dalam memutuskan tanggal pemilihan umum telah menghilangkan elemen kejutan bagi koalisinya.
“Keuntungan yang ada tidak dapat dimanfaatkan, dan sekarang sudah sangat terlambat. Keuntungan itu sudah hilang,” ujar Ooi.
Mahathir dilihat secara luas sebagai pihak yang mendorong Najib menjadi penggantinya pada pemilihan umum 2008, dan dapat memainkan peran penting kembali di belakang layar jika perdana menteri sekarang gagal memperbaiki hasil pemilihan. Ia mengatakan bahwa peningkatan kursi BN pada 2008 merupakan persyaratan minimum untuk Najib.
“Tentu saja kinerjanya harus lebih baik dibandingkan pemerintahan yang terdahulu, dan saya kira ia akan melakukannya,” ujar Mahathir. (Reuters/Stuart Grudgings)