ISLAMABAD —
Perdana Menteri Nawaz Sharif mengunjungi Beijing hanya beberapa pekan setelah mitra sejawatnya dari China Li Keqiang mengunjungi Pakistan, dan terjadi ketika Pakistan sedang menghadapi krisis energi terburuk. Pemadaman listrik yang berlangsung sepanjang hari di beberapa bagian di negara itu telah memicu protes yang diwarnai kekerasan dan semakin menghambat perekonomian nasional yang sudah terpuruk.
Para pejabat kedua negara mengatakan pemimpin Pakistan itu akan meminta bantuan untuk meringankan masalah energi negaranya dan meningkatkan investasi China dalam pembangunan infrastruktur ekonomi.
Jurubicara kementerian luar negeri Pakistan Aizaz Ahmed Chaudhry mengatakan fokus kunjungan Sharif pada dasarnya adalah ekonomi. Ia mengatakan, "Karena itu, semua proyek dan semua kesepakatan akan difokuskan pada ekonomi."
Kerjasama ekonomi antara Pakistan dan China telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Perdagangan tahunan bilateral melampaui 12 miliar dolar tahun lalu dan ada lebih dari 120 perusahaan China menjalankan bisnis di Pakistan.
Kedua negara itu juga memiliki kerjasama erat dalam bidang teknologi nuklir sipil. Pakistan telah membangun dua pembangkit listrik tenaga nuklir, masing-masing berkapasitas 300 megawatt, dengan dukungan China, sementara dua pembangkit lainnya sedang dibangun.
China baru-baru ini mengambil alih operasi pelabuhan Gwadar yang strategis dan penting di Pakistan. Perdana Menteri Sharif memberitahu media China menjelang kunjungannya ke Beijing bahwa pembicaraannya dengan para pemimpin China akan ditekankan pada upaya mencapai kesepakatan atas proposal pembangunan koridor ekonomi yang akan menghubungkan pelabuhan Pakistan barat daya dengan wilayah Xinjiang di China barat.
Pelabuhan Gwadar terletak di dekat Selat Hormuz, yang merupakan jalur utama bagi sekitar 20 persen minyak dunia. Baik China dan Pakistan telah menepis kekhawatiran bahwa fasilitas tersebut bisa berfungsi sebagai pangkalan angkatan laut China.
Para pejabat kedua negara mengatakan pemimpin Pakistan itu akan meminta bantuan untuk meringankan masalah energi negaranya dan meningkatkan investasi China dalam pembangunan infrastruktur ekonomi.
Jurubicara kementerian luar negeri Pakistan Aizaz Ahmed Chaudhry mengatakan fokus kunjungan Sharif pada dasarnya adalah ekonomi. Ia mengatakan, "Karena itu, semua proyek dan semua kesepakatan akan difokuskan pada ekonomi."
Kerjasama ekonomi antara Pakistan dan China telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Perdagangan tahunan bilateral melampaui 12 miliar dolar tahun lalu dan ada lebih dari 120 perusahaan China menjalankan bisnis di Pakistan.
Kedua negara itu juga memiliki kerjasama erat dalam bidang teknologi nuklir sipil. Pakistan telah membangun dua pembangkit listrik tenaga nuklir, masing-masing berkapasitas 300 megawatt, dengan dukungan China, sementara dua pembangkit lainnya sedang dibangun.
China baru-baru ini mengambil alih operasi pelabuhan Gwadar yang strategis dan penting di Pakistan. Perdana Menteri Sharif memberitahu media China menjelang kunjungannya ke Beijing bahwa pembicaraannya dengan para pemimpin China akan ditekankan pada upaya mencapai kesepakatan atas proposal pembangunan koridor ekonomi yang akan menghubungkan pelabuhan Pakistan barat daya dengan wilayah Xinjiang di China barat.
Pelabuhan Gwadar terletak di dekat Selat Hormuz, yang merupakan jalur utama bagi sekitar 20 persen minyak dunia. Baik China dan Pakistan telah menepis kekhawatiran bahwa fasilitas tersebut bisa berfungsi sebagai pangkalan angkatan laut China.
