Setelah bertemu dengan para demonstran Syiah yang menuntut perlindungan pasca serangan yang menewaskan hampir 100 orang pekan lalu, Perdana Menteri Pakistan memberhentikan pemerintah propinsi Baluchistan, di bagian barat-daya negara itu Senin pagi (14/1).
Dalam pidato televisi dari ibukota provinsi Quetta, Perdana Menteri Pervez Ashraf mengutarakan belasungkawa sedalam-dalamnya atas pembunuhan itu dan mengatakan ia akan mengganti pemerintah setempat, sebagian dari mereka anggota minoritas Syiah Hazara yang dituduh menghasut kekerasan terhadap golongan Syiah.
Ashraf mengatakan kepada bangsanya bahwa pasukan pengawal perbatasan telah diberi wewenang kepolisian, dan berjanji mereka akan melancarkan operasi terhadap organisasi-organisasi militan yang terlarang yang mendalangi serangan antar golongan agama.
Ribuan kaum Syiah menghambat jalan utama di Quetta dengan puluhan peti jenazah – jenazah anggota keluarga mereka yang tewas dalam pemboman kembar di ruang billiar hari Kamis (10/1). Penolakan memakamkan yang meninggal adalah protes paling keras dalam masyarakat Islam, dimana yang meninggal biasanya dimakamkan dalam waktu beberapa jam setelah meninggal dunia.
Ashraf bertemu Minggu malam dengan para keluarga Syiah yang berjaga atas peti jenazah.
Tidak lama setelah pengumumannya, pemrotes membatalkan demonstrasi dan setuju memakamkan para korban. Serangan tersebut, yang telah diakui dilakukan oleh kelompok militan Sunni, Lashkar-e-Jhangvi, menewaskan sedikitnya 92 orang. Kelompok tersebut bersekutu dengan al-Qaida dan Taliban Pakistan.
Dalam pidato televisi dari ibukota provinsi Quetta, Perdana Menteri Pervez Ashraf mengutarakan belasungkawa sedalam-dalamnya atas pembunuhan itu dan mengatakan ia akan mengganti pemerintah setempat, sebagian dari mereka anggota minoritas Syiah Hazara yang dituduh menghasut kekerasan terhadap golongan Syiah.
Ashraf mengatakan kepada bangsanya bahwa pasukan pengawal perbatasan telah diberi wewenang kepolisian, dan berjanji mereka akan melancarkan operasi terhadap organisasi-organisasi militan yang terlarang yang mendalangi serangan antar golongan agama.
Ribuan kaum Syiah menghambat jalan utama di Quetta dengan puluhan peti jenazah – jenazah anggota keluarga mereka yang tewas dalam pemboman kembar di ruang billiar hari Kamis (10/1). Penolakan memakamkan yang meninggal adalah protes paling keras dalam masyarakat Islam, dimana yang meninggal biasanya dimakamkan dalam waktu beberapa jam setelah meninggal dunia.
Ashraf bertemu Minggu malam dengan para keluarga Syiah yang berjaga atas peti jenazah.
Tidak lama setelah pengumumannya, pemrotes membatalkan demonstrasi dan setuju memakamkan para korban. Serangan tersebut, yang telah diakui dilakukan oleh kelompok militan Sunni, Lashkar-e-Jhangvi, menewaskan sedikitnya 92 orang. Kelompok tersebut bersekutu dengan al-Qaida dan Taliban Pakistan.