Presiden Prancis Emmanuel Macron akan berkunjung ke Moskow dan Kyiv minggu depan sebagai bagian dari upayanya untuk mencegah Presiden Rusia Vladimir Putin melancarkan invasi ke Ukraina dan menemukan jalan keluar diplomatik dari ketegangan yang meningkat.
Kunjungan Senin (7/2) dan Selasa (8/2) itu dilakukan setelah AS menuduh Kremlin pada Kamis (3/2) melakukan rencana rumit untuk memicu serangan oleh pasukan Ukraina yang dapat digunakan Rusia sebagai dalih untuk mengambil tindakan militer. AS belum memberikan informasi terperinci yang mendukung klaim tersebut.
Sementara Prancis adalah pemain utama di NATO dan sedang mengirimkan pasukan ke Rumania sebagai bagian dari persiapan aliansi itu untuk menghadapi kemungkinan tindakan Rusia, Macron juga secara aktif mendorong dialog dengan Putin dan telah berbicara dengannya beberapa kali dalam beberapa pekan terakhir. Keduanya akan mengadakan pertemuan empat mata pada hari Senin, kata kantor Macron, Jumat (4/2).
Macron mengikuti tradisi Prancis untuk menempuh jalur yang terpisah dari Amerika Serikat dalam geopolitik, serta mencoba membuat jejaknya sendiri dalam krisis ini dan membela kepentingan Eropa.
Tetapi setelah berminggu-minggu pembicaraan dalam berbagai format diplomatik tidak menghasilkan konsesi besar dari Rusia dan AS, tidak jelas seberapa besar dampak perjalanannya kali ini.
Dalam pembicaraan telepon Rabu (2/2) dengan Presiden AS Joe Biden, Macron menjelaskan upaya-upaya diplomatiknya. Dalam pembicaraan dengan para pemimpin Rusia dan Ukraina, Kamis malam, kantor Macron mengatakan mereka membahas cara-cara untuk mengidentifikasi elemen-elemen yang dapat menurunkan ketegangan dan mewujudkan keseimbangan strategis di Eropa untuk menjamin keamanan di benua itu.
Rusia telah menempatkan lebih dari 100.000 tentara di dekat perbatasan utara dan timur Ukraina, sehingga meningkatkan kekhawatiran bahwa Moskow kemungkinan menyerang lagi, seperti yang terjadi pada tahun 2014. Kehadiran pasukan dan ketidakpastian membuat rakyat Ukraina hidup dalam ketakutan dan merugikan ekonomi negara itu. Para pejabat Rusia menyangkal bahwa mereka merencanakan invasi. [ab/uh]