Tautan-tautan Akses

PM Suriah: Sanksi-sanksi Barat Rintangi Pemulangan Pengungsi


Kamp pengungsi di sisi Suriah yang berbatasan dengan Turki, dekat kota Atma, provinsi Idlib, Suriah, 19 April 2020. (Foto: dok).
Kamp pengungsi di sisi Suriah yang berbatasan dengan Turki, dekat kota Atma, provinsi Idlib, Suriah, 19 April 2020. (Foto: dok).

Pemerintah Suriah sedang berusaha memulangkan jutaan pengungsi yang melarikan diri dari perang saudara di negara itu, tetapi sanksi-sanksi Barat telah menghalangi kerja lembaga-lembaga negara untuk merealisasikannya.

Pernyataan tersebut disampaikan Presiden Bashar Assad, Rabu (11/11), pada sesi pembukaan konferensi internasional dua hari di Damaskus tentang kembalinya pengungsi.

Konferensi kontroversial itu diselenggarakan oleh Rusia namun diboikot oleh banyak negara Arab dan Barat, termasuk AS, dan dikritik oleh PBB.

Para pengecam mengatakan waktunya belum tepat untuk memulangkan para pengungsi. Mereka bersikeras menyatakan, prioritas pertama seharusnya menciptakan situasi yang aman bagi pemulangan para pengungsi ke negara yang dikoyak perang itu.

Konferensi tersebut diselenggarakan di aula raksasa dengan peserta yang sebagian besar mematuhi protokol kesehatan terkait virus corona, seperti mengenakan masker, dan menjaga jarak.

Banyak negara diundang tetapi hanya 27 yang setuju untuk berpartisipasi, termasuk Lebanon dan Irak yang menampung sejumlah besar pengungsi Suriah, menurut TV pemerintah Suriah.

Turki, negara tetangga yang menjadi pendukung utama pasukan oposisi Suriah, tidak diundang. Tetangga lain, Yordania, yang juga menampung pengungsi Suriah, tidak berpartisipasi.

Menteri Luar Negeri Lebanon Charbel Wehbi berbicara dalam pertemuan itu melalui konferensi video dan menggunakan kesempatan itu untuk menyerukan kepada komunitas internasional untuk membantu pemulangan pengungsi Suriah. Lebanon menampung jumlah pengungsi Suriah per kapita tertinggi, yakni seperempat dari populasi negara kecil yang berpenduduk 5 juta itu.

Perang sembilan tahun di Suriah telah menewaskan sekitar setengah juta orang, mencederai lebih dari satu juta orang, dan memaksa sekitar 5,6 juta orang mengungsi ke luar negeri, sebagian besar ke negara-negara tetangga. Enam juta warga Suriah lainnya mengungsi di dalam negeri akibat pertempuran tersebut.

Assad mengatakan sanksi-sanksi Eropa dan AS terhadap pemerintahnya, yang diberlakukan terkait perang, menghalangi upaya pembangunan kembali dan perbaikan infrastruktur yang rusak akibat perang.

Dalam pembicaraannya dengan Assad pada hari Senin, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan sebagian besar wilayah Suriah relatif damai dan sudah waktunya bagi jutaan warga Suriah yang melarikan diri untuk pulang dan membantu membangun kembali negara itu.

Koalisi Oposisi Suriah mengkritik konferensi tersebut. Mereka mengatakan pelaku kejahatan tidak bisa menyelenggarakan konferensi mengenai kejahatan yang dilakukannya sendiri.

Koalisi itu mengatakan, kembalinya pengungsi hanya dapat terjadi setelah pengeboman di daerah yang dikuasai pemberontak berhenti dan transisi politik tercapai. [ab/uh]

XS
SM
MD
LG