Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan mengatakan hari Minggu (9/6) bahwa kesabarannya hampir habis dalam menghadapi demonstrasi anti-pemerintah yang telah memasuki hari ke-10. Erdogan memberikan beberapa pidato hari Minggu dan menuntut para demonstran supaya menghentikan aksi-aksi mereka.
Kalau tidak, tambah Erdogan, para demonstran itu akan membayar harga mahal karena tindakan mereka, dan bahwa pemerintah akan terpaksa menggunakan “bahasa yang bisa dimengerti oleh para demonstran.”
Aksi-aksi protes terus meningkat menentang rencana pemerintah untuk membangun pusat pertokoan di Lapangan Taksim yang terletak di pusat kota Istanbul.
Perdana Menteri Turki terus menantang para demonstran hari Minggu, setelah 10 hari kerusuhan anti pemerintah, sementara para penyelenggara protes menyerukan demonstrasi lebih banyak lagi menentang rencana pemerintah Turki membongkar taman di tengah kota Istambul.
Di kota Adana, di bagian selatan, di mana demonstran yang pro dan anti pemerintah bentrok hari Sabtu, Recep Tayyip Erdogan menyampaikan pidato berapi-api dari atas bus.
Ia mendesak pendukung partainya yang berbasis Islam, Partai Pembangunan dan Keadilan, agar menghindari kekerasan dan menggunakan pemilu lokal pada Maret mendatang untuk memberi pelajaran kepada lawan-lawan yang menggelar protes massal yang mengguncang negara itu. Partai itu hari Sabtu menolak seruan demonstran untuk mengadakan pemilu dini.
Erdogan mengecam para demonstran sebagai sejumlah penjarah, dan bertanya apakah anarkis dan teroris boleh dibiarkan mengambil alih lapangan umum.
Sementara itu, para penyelenggara protes awal di Lapangan Taksim menyerukan penyelenggaraan demonstrasi massal lainnya.
Gerakan Solidaritas Taksim juga mengulangi seruannya agar rencana pembangunan taman itu ditinggalkan, penggunaan gas air mata oleh polisi dilarang, polisi yang melakukan kekerasan dipecat, dan larangan berdemonstrasi agar dicabut.
Kalau tidak, tambah Erdogan, para demonstran itu akan membayar harga mahal karena tindakan mereka, dan bahwa pemerintah akan terpaksa menggunakan “bahasa yang bisa dimengerti oleh para demonstran.”
Aksi-aksi protes terus meningkat menentang rencana pemerintah untuk membangun pusat pertokoan di Lapangan Taksim yang terletak di pusat kota Istanbul.
Perdana Menteri Turki terus menantang para demonstran hari Minggu, setelah 10 hari kerusuhan anti pemerintah, sementara para penyelenggara protes menyerukan demonstrasi lebih banyak lagi menentang rencana pemerintah Turki membongkar taman di tengah kota Istambul.
Di kota Adana, di bagian selatan, di mana demonstran yang pro dan anti pemerintah bentrok hari Sabtu, Recep Tayyip Erdogan menyampaikan pidato berapi-api dari atas bus.
Ia mendesak pendukung partainya yang berbasis Islam, Partai Pembangunan dan Keadilan, agar menghindari kekerasan dan menggunakan pemilu lokal pada Maret mendatang untuk memberi pelajaran kepada lawan-lawan yang menggelar protes massal yang mengguncang negara itu. Partai itu hari Sabtu menolak seruan demonstran untuk mengadakan pemilu dini.
Erdogan mengecam para demonstran sebagai sejumlah penjarah, dan bertanya apakah anarkis dan teroris boleh dibiarkan mengambil alih lapangan umum.
Sementara itu, para penyelenggara protes awal di Lapangan Taksim menyerukan penyelenggaraan demonstrasi massal lainnya.
Gerakan Solidaritas Taksim juga mengulangi seruannya agar rencana pembangunan taman itu ditinggalkan, penggunaan gas air mata oleh polisi dilarang, polisi yang melakukan kekerasan dipecat, dan larangan berdemonstrasi agar dicabut.