Bentrokan antara polisi dan demonstran pro-Uni Eropa berlangsung Rabu pagi (11/12) di balai kota Kiev, ketika polisi yang bersenjatakan pentung berusaha mengusir para demonstran ke luar dari gedung.
Laporan-laporan mengatakan para demonstran melawan dengan menyemprotkan air dari selang pemadam kebakaran ke arah pasukan keamanan. Bis-bis polisi belakangan dilaporkan meninggalkan kawasan tersebut.
Beberapa jam sebelumnya ratusan polisi Ukraina menyerbu perkemahan demonstran di tengah kota Kiev dan meruntuhkan perkemahan darurat mereka di kota itu.
Departemen Luar Negeri Amerika mengeluarkan pernyataan yang menyebut tindakan pihak berwenang Ukraina itu “menjijikkan” karena menggunakan buldoser dan polisi anti huru-hara yang bersenjatakan pentung ke tempat itu. Tindakan itu, seperti dinyatakan Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry dalam pernyataannya itu, tidak menghormati hak-hak demokrasi dan martabat manusia.
Kerry mengatakan dalam pernyataan bahwa “penghormatan azas demokrasi, termasuk kebebasan berkumpul” adalah mendasar dalam pendekatan Amerika Serikat terhadap Ukraina. Ia mengatakan nilai-nilai ini adalah universal, bukan hanya nilai-nilai Amerika. Ia menyerukan agar pemerintah Ukraina mengekang diri sekuatnya” dan melindungi nyawa manusia.
Aksi protes di Ukraina berlangsung sejak akhir November, setelah Presiden Ukraina mundur dari kesepakatan perdagangan dengan Uni Eropa yang sudah lama ditunggu-tunggu, dan malah berniat memperbaiki dan meningkatkan hubungan ekonomi dan politik dengan Rusia.
Hari Rabu (11/12), PM Ukraina Mykola Azarov mengatakan negaranya meminta bantuan keuangan sebesar 27,5 miliar dolar dari Uni Eropa sebelum menandatangani kesepakatan bergabung dengan blok 28 negara itu.
Laporan-laporan mengatakan para demonstran melawan dengan menyemprotkan air dari selang pemadam kebakaran ke arah pasukan keamanan. Bis-bis polisi belakangan dilaporkan meninggalkan kawasan tersebut.
Beberapa jam sebelumnya ratusan polisi Ukraina menyerbu perkemahan demonstran di tengah kota Kiev dan meruntuhkan perkemahan darurat mereka di kota itu.
Departemen Luar Negeri Amerika mengeluarkan pernyataan yang menyebut tindakan pihak berwenang Ukraina itu “menjijikkan” karena menggunakan buldoser dan polisi anti huru-hara yang bersenjatakan pentung ke tempat itu. Tindakan itu, seperti dinyatakan Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry dalam pernyataannya itu, tidak menghormati hak-hak demokrasi dan martabat manusia.
Kerry mengatakan dalam pernyataan bahwa “penghormatan azas demokrasi, termasuk kebebasan berkumpul” adalah mendasar dalam pendekatan Amerika Serikat terhadap Ukraina. Ia mengatakan nilai-nilai ini adalah universal, bukan hanya nilai-nilai Amerika. Ia menyerukan agar pemerintah Ukraina mengekang diri sekuatnya” dan melindungi nyawa manusia.
Aksi protes di Ukraina berlangsung sejak akhir November, setelah Presiden Ukraina mundur dari kesepakatan perdagangan dengan Uni Eropa yang sudah lama ditunggu-tunggu, dan malah berniat memperbaiki dan meningkatkan hubungan ekonomi dan politik dengan Rusia.
Hari Rabu (11/12), PM Ukraina Mykola Azarov mengatakan negaranya meminta bantuan keuangan sebesar 27,5 miliar dolar dari Uni Eropa sebelum menandatangani kesepakatan bergabung dengan blok 28 negara itu.