Berbeda dari pohon Natal kebanyakan, pohon satu ini disusun dari 600-an pot berisi sayur-sayuran segar. Ada 6 jenis sayur yang disusun jadi kerucut setinggi 3 meter.“
Jadi ada selada keriting merah, selada keriting hijau, siomak, bayam, bayam batik, bayam merah,” jelas Ervina Mironari, Marketing Communications Hotel Hilton Bandung, tempat pohon ini berdiri.
Sayuran-sayuran ini, yang semuanya organik, ditempatkan dalam botol air minum kemasan yang digunakan ulang.
Ervina menjelaskan, seiring upaya hotel ini dalam mengurangi sampah, botol-botol itu dikumpulkan dari suguhan yang telah dikonsumsi para tamu hotel.
Sementara bibit sayuran didatangkan dari Jaya Alam Lestari Farm, sebuah perkumpulan petani organik di Kabupaten Bandung, yang juga menyuplai bahan makanan ke hotel ini.
Dibandingkan dengan pohon Natal biasa, ujar Vina, pohon sayuran memakan biaya lebih. Sebab, tanaman harus diganti sekitar 10 hari sekali. Pohon ini dipajang sejak 25 November sampai 4 Januari.
“Karena ada beberapa tanaman yang memang harus kena sinar matahari. Jadi akhirnya kita lihat kira-kira udah nggak bisa, kita tanam di luar, diganti lagi dengan yang baru,” tambah Vina kepada VOA.
Bertempat di lobby hotel, pohon ini akan langsung menyapa pengunjung yang datang. Vina berharap pohon ini menginspirasi tamu untuk mengurangi plastik sekali pakai.
“Terus menginspirasi juga sesama pelaku di hospitality industry untuk sama-sama berpartisipasi,” jelas Vina.
Hotel Punya Peran Besar
LSM lingkungan YPBB di Bandung menyatakan industri perhotelan berperan penting dalam mengurangi dampak lingkungan.
“Jadi setiap tempat gitu baik yang tempatnya private maupun umum sebenarnya punya peran serta,” ujar Staf Zero Waste YPBB, Anilawati Nurwakhidin, kepada VOA.
Anil mencatat, industri perhotelan umumnya menghasilkan banyak plastik sekali pakai. Sampah dihasilkan dari ruang pertemuan dan kamar.
Namun, sejumlah hotel, ujar Anil, sudah berupaya mengurangi sampah terutama plastik. Misalnya mengganti permen dengan makanan lain yang tidak dibungkus.
“Ada beberapa hotel yang saya lihat mereka sangat memperhatikan hal-hal semacam itu. Bahkan biasanya di hotel itu dikasih permen, itu bukan permen tapi dia ganti jadi manisan buah yang nggak pakai plastik,” jelasnya lagi.
École hôtelière de Lausanne (EHL), sekolah perhotelan kelas dunia di Swiss, mencatat ada 19 merk hotel yang berupaya mengurangi sampah plastik. Jaringan hotel global ini antara lain Hilton, Six Senses, Four Seasons, Hyatt, dan Marriott.
Langkah yang diambil hotel-hotel ini misalnya mengganti sedotan plastik dengan sedotan bambu atau mengganti air minum kemasan dengan dispenser.
Di samping plastik, tambah Anil, hotel biasanya boros energi dari penggunaan AC dan lampu berlebihan. Karena itu, hotel bisa melakukan perubahan sedikit demi sedikit.
“Jadi kalau misalnya yang termudah kita mulai dari ruang pertemuan. Ruang pertemuan itu AC-nya nggak perlu sebegitu dingin supaya nggak boros energi,” jelas Anil.
Konsumen Harus Berperan Aktif
Untuk mendorong hotel lebih hijau, ujar Anil, masyarakat perlu berperan aktif. Saat memakai ruang pertemuan, misalnya, konsumen dapat meminta pihak hotel mengurangi barang-barang yang tidak perlu.
“Ini nggak pakai kemasan, nggak pakai penutup kertas, ini itu, dan segala macam. Misalnya pas (makanan) dikeluarin, dicek lagi nih. Oh ini gulanya ternyata belum dikasih yang curah, masih dibungkusin satu-satu,” kisah Anil.
Dalam mendorong hotel berubah, ujar Anil, kuncinya adalah komunikasi.
“Ya kita dengan baik-baik ngomong, nanti untuk sesi selanjutnya kita minta pakai gula curah ya. Seperti yang kemarin sempat dibicarakan,” tutup dia. [rt/em]